Yuk Kenalan dengan Pengagas Kampung Kelor di Bumi Mina Tani

Posted on 16 Des 2017


Yuk Kenalan dengan Pengagas Kampung Kelor di Bumi Mina Tani

MURYATI, 41, warga Desa Kedungbulus, Kecamatan Gembong, Pati ini pembudidaya daun kelor. Ia mempunyai lahan 1,5 hektare di pekarangan rumahnya.

Di lahan tersebut sedikitnya ada 3000 pohon kelor yang tumbuh subur. Bahan baku yang tersedia di lahan sendiri itulah yang digunakan sebagai bahan baku untuk membuat berbagai macam olahan makanan. 

Selain memiliki cita rasa yang khas dan juga manfaat untuk kesehatan, produk hasil olahan Muryati yang akhirnya mendirikan CV Mahakarya Muya, semakin tersebar di berbagai daerah.

Bahkan tingginya permintaan sering membuat Muryati kualahan untuk melayani pesanan. "Bukan hanya pesanan yang semakin banyak, namun juga bahan baku daun kelor yang akhirnya kurang mencukupi," jelasnya.

Dalam sehari, untuk produksi makanan basah, bisa menghabiskan 30 kilogram daun kelor. Sedangkan untuk olahan teh, bisa menghabiskan 50 kilogram daun kelor. Oleh karena itu, Muryati akhirnya mengajak para tetangga untuk menanam pohon kelor agar bisa dimanfaatkan. 

Dengan semakin banyaknya warga yang ikut menanam pohon kelor, kekurangan stok bahan baku akhirnya bisa diatasi. Apalagi pohon kelor tidak memerlukan waktu lama untuk bisa dipanen. Paling tidak jika menanam bibit kelor, tiga bulan sudah bisa dipanen. 

Bahkan, saat ini, sedikitnya terdapat 15 ribu pohon kelor di Desa Kedungbulus. Dengan asumsi, setiap rumah, rata-rata terdapat 10 pohon kelor. Keberhasilan itulah yang menjadikan Muryati sebagai penggagas Kampung Kelor. 

Saking banyaknya warga yang menanam pohon kelor di sekitar rumahnya, Desa Kedungbulus, akhirnya diresmikan sebagai Kampung Kelor oleh Bupati Pati Haryanto, pada 04 Juli 2016 lalu.  "Semoga usaha kami bisa terus berkembang, dan juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu, desa kami bisa dikenal masyarakat luas," pungkasnya. (fn/FN/MK)