Posted on 16 Okt 2017
Produksi kasur dari kapuk di Desa Karaban, Kecamatan Gabus, Pati fokus tembus pasar internasional. Sejumlah pelaku usaha, terus melakukan inovasi dan kreativitasnya, agar produk olahan kapuk tetap diminati. Kusno pelaku usaha kapuk desa setempat mengungkapkan, produk dari olahan kapuk permintaanya tinggi. Oleh sebab itu, produksi digenjot. Bahkan setiap harinya, bisa menghasilkan 100 kasur. “Jenis yang dibuat adalah kasur lantai. Sedangkan kasur yang besar, bantal dan guling baru membuat kalau ada pesanan,” ungkap Kusno.
Ia menjelaskan, setiap 10 hari sekali, mengirim kasur lantai siap pakai ke luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan dan sebagainya. Tidak hanya itu, pengiriman barang juga dilakukan ke luar luar negeri, yakni India dan Malaysia. “Kalau di India mengirim 20 hari sekali, sedangkan di Malaysia 10 hari atau 15 hari sekali. Tetapi yang di kirim ke 2 negara tersebut masih berupa bahan baku. Nanti mengolahnya di sana,” tuturnya.
Kusno menyebutkan, bahan baku kasur tidak diambil dari Pati saja, tetapi dari beberapa daerah di Jawa Timur. Sebab randu yang diambil dari Pati tidak mencukupi. Setiap 2 hari sekali mengambil bahan bakunya di Jawa Timur sebanyak 1 truk. ”Proses pembuatan kasur kapuk terbilang mudah, pertama kapuk di jemur hingga kering, kemudian di blower untuk memisahkan antara kapuk dan bijinya.
Lalu yang proses kirimnya hanya berupa kapuk langsung dipacking. Tetapi kalau sudah jadi kasur, kapuknya langsung di isi kedalam kain kemudian dijahit,” ungkap Tarso salah satu karyawannya. Ditambahkan, tidak hanya kasur dan kapuk yang dikirim ke berbagai daerah. Biji dari pohon randunya pun dikirim ke Semarang, Jawa Timur, Sumatera. Gunanya untuk dimanfaatkan menjadi minyak goreng. Justru kualitasnya lebih baik di banding minyak goreng dari kelapa sawit. (MK/PO/po)