Posted on 30 Okt 2017
Di zaman yang semakin modern ini, ternyata perajin pawon lipat (tempat memasak dengan bahan bakar kayu bakar) masih memiliki pelanggan setia. Dalam satu bulan saja, dari usaha kerajinan ini Muhadi bisa menghasilkan laba bersih sekitar Rp 1 juta. Hal itulah yang mendorong Muhadi tetap menekuni usaha pembuatan pawon lipat hingga kini.
Pemilik kerajinan pawon lipat di RT 01/ RW II, Dukuh Tlumun, Desa Danyangmulyo, Winong tersebut terlihat sibuk mengukur lubang pawon yang hendak dibuatnya. Dengan telaten ia membentuk pawon dengan cermat.
Pria paruh baya tersebut sudah menjalankan usahanya tersebut sejak tahun 1990. Konsumennya berasal dari berbagai daerah. Karena itu, ia menargetkan menyelesaikan 10 buah pawon tiap harinya. “Karena tidak punya karyawan, semua saya kerjakan sendiri. Setiap hari 10 buah pawon saya buat untuk memenuhi pesanan dari berbagai daerah,” ujarnya.
Tak hanya dari Kecamatan Winong, pemesan juga banyak berdatangan dari kecamatan lain seperti, Kecamatan Pucakwangi, Jakenan, Tambakromo dan masih banyak lagi. Ditambahkannya, jumlah pelanggannya jika dibandingkan awal usahanya berdiri hingga saat ini masih stabil.
”Kalau dibandingkan tahun 90-an, sampai kini jumlah pelanggan tidak banyak berubah. Karena memang sudah memiliki pasar tersendiri dan pelanggan-pelanggan tetap dari daerah lain,” katanya penuh syukur.
Harga yang dipatok oleh Muhadi bervariasi per unitnya. Mulai dari Rp 80 ribu hingga Rp 100 ribu. Harga pun tergantung ukuran dan campuran material yang diinginkan pemesan. ”Terkadang ada yang minta dibuatkan ukuran kecil dengan komposisi semen yang banyak dan pasir yang bagus. Pastinya yang seperti ini harganya beda dengan yang biasa,” ujarnya.
Proses pembuatan pawon lipat membutuhkan waktu maksimal 10 hari, tergantung pemesanan dan cuaca. Sebab untuk hasil yang maksimal dan agar tahan lama, pawon yang terbuat dari campuran pasir dan semen ini setelah dibawa pulang harus dijemur dan disiram air selama 2 hari saat terik matahari sebelum penggunaan. ”Kalau masih basah langsung digunakan akan mengakibatkan capat pecah,” terangnya.
Dari usaha ini, Muhadi bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Ia juga tak berniat berpaling ke usaha lain. Baginya, usaha kreatif tersebut cukup menghasilkan dan sesuai keahliannya. “Berapapun sangat saya syukuri. Karena sejak dulu menjalankan usaha ini tak pernah menemui kendala berarti dan selalu ada pemesan,” tandasnya.(fn/FN/MK)