Terungkap, Alasan Pemkab Pilih Tunggulsari Sebagai Desa Wisata

Posted on 24 Nov 2019


Terungkap, Alasan Pemkab Pilih Tunggulsari Sebagai Desa Wisata

Bupati Pati Haryanto menyebut Desa Tunggulsari adalah desa wisata kedua yang ia tetapkan setelah Desa Talun Kecamatan Kayen. Hal tersebut disampaikannya, pada saat sambutan di acara peresmian Desa Tunggulsari sebagai desa wisata kabupaten pati, Sabtu (23/11).

Haryanto dalam sambutannya mengatakan, jauh sebelum ditetapkan desa wisata, Desa Tunggulsari telah dikenal sebagai rujukan studi banding di bidang pertambakan.

"Sejak dulu para petani dari luar daerah sering berkunjung ke sini. Karena petani tambak di sini berhasil membudidayakan bandeng semiintensif. Kemudian sekarang juga mengembangkan budi daya nila salin," jelasnya.

Area konservasi bakau yang luas, lanjut Bupati, juga merupakan daya tarik wisata yang unggul di desa ini. Haryanto berharap, dengan segala keunggulan yang dimilikinya, Desa Wisata Tunggulsari bisa terus berkembang. 

Ia pun berharap penetapan desa wisata ini, tidak sebatas seremoni tanpa ada action ke depan. "Harus ditunjang sarana dan prasarana yang memadai. Terutama terkait kebersihan. Makanya hari ini kami serahkan gerobak sampah dan tempat sampah. Jangan sampai orang ke sini terganggu karena tempatnya kurang bersih," ujarnya.

Dalam sambutannya pun Haryanto mendorong pemerintah desa setempat untuk memanfaatkan dana desa bagi pengembangan pariwisata di desa ini. "Kalau bisa dikelola dengan baik, nanti akhirnya bisa menambah pengunjung. Bisa menambah pendapatan desa. Selain itu juga membangkitkan ekonomi masyarakat," terangnya.

Haryanto juga mendorong masyarakat setempat untuk menghasilkan karya berupa kerajinan yang bernilai ekonomis. "Ini nantinya bisa dimanfaatkan sebagai cendera mata. Yang tak kalah penting, manfaatkan media sosial untuk promosi. Buatlah konten kreatif yang sekiranya bisa menarik pengunjung, "tandasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Tunggulsari Jarot Supriyanto mengatakan, wisata di desanya mengusung konsep wisata Mina Mangrove. "Sebagaimana namanya, ada dua kelompok besar dalam desa wisata ini, yakni kelompok Mina dan kelompok Mangrove," jelasnya.

Kelompok Mangrove menawarkan wisata pantai dan area konservasi bakau. Ia menjelaskan, terdapat hamparan tanaman bakau hijau-rimbun seluas 30 hektar. Pada setengah hektar di antaranya, telah dibangun trek-trek kayu dan gardu pandang yang dapat menjadi lokasi berfoto ria.

Adapun kelompok Mina (perairan tambak) menawarkan wisata edukasi pertambakan. Desa Tunggulsari memang memiliki area pertambakan cukup luas, tepatnya 146 hektar. Terdiri atas 50 hektar tambak nila salin, 60 hektar tambak bandeng semiintensif, dan sisanya adalah tambak bandeng tradisional.

"Selain wisata edukasi, dari kelompok Mina, Desa Wisata Tunggulsari juga memiliki pemancingan, restoran apung, kolam renang, dan toko oleh-oleh olahan hasil tambak dengan branding Rakarori," ujarnya.

Rakarori, imbuhnya, diambil dari bahasa Jawa yang artinya 'Ora Karo Ri' dan bila diartikan, maksudnya tidak mengandung duri. Yang mana olahan dari tambak yakni ikan yang dibuat oleh-oleh tidak mengandung duri atau tanpa duri", pungkasnya. (fn4/FN/MK)