Posted on 09 Agu 2017
PATI – Pembeli hasil pengolahan singkong atau tepung tapioka asal Kabupaten Pati sangat minim pembeli. Akibatnya, ribuan masyarakat Margoyoso yang menggantungkan hidupnya pada industri itu menjerit.
Sekretaris Paguyuban Pengolah Singkong (PPS) Kabupaten Pati M Sofwan mengatakan, kondisi tersebut sudah berlangsung dua tahun terakhir.
“Meski belum ada kepastian, kami terus berusaha agar pemerintah pusat bersedia memecah kebuntuan pangsa pasar pengolahan singkong. Saat ini, kami masih berusaha untuk melobi pemerintah pusat, yang punya kewenangan, kekuasaan untuk meminta kebijakan agar tapioka di Pati ada pembeli,” ujarnya kemarin.
Lanjutnya, salah satu upaya tersebut adalah dengan cara mengirimkan surat kepada Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla perihal Membangun Industri Tapioka Rakyat di Pati. Di dalam surat tertanggal 25 Mei 2017, PPS Pati memaparkan besarnya potensi produksi tapioka. Sayangnya, itu terhambat oleh pemasaran yang sangat terbatas.
“Jumlah produksi tapioka mencapai 900 ton per hari pada musim panas, PPS Pati hanya menyuplai permintaan sektor industri kecil dan makanan tradisional seperti kerupuk, mie, bumbu, sosis, bahan adonan bakso dan industri kertas skala kecil,” bebernya.
Padahal, pangsa pasar tepung tapioka terbesar masih banyak. Seperti industri bahan penolong perekatan pulp pada industri kertas, bahan baku pembuatan MSG, bahan baku Sorbitol, dextrin, amilium dan juga bahan baku pemanis dalam industri minuman dan permen. “Banyak pabrik yang menggunakan tapioka skala besar. Tapi belum dapat dipasok oleh PPS Pati,” bebernya.
Menurutnya, hal itu disebabkan belum adanya jaminan pembelian tapioka dari pabrik-pabrik besar. Selain itu, pengutamaan impor bahan baku industri menjadikan produksi singkong melempem di negerinya sendiri. “Maka dari itu, kami mohon kepada pemerintah memberikan dukungan, supaya pabrik-pabrik industri besar itu membeli tapioka lokal dari kami. Ada kontrak kerja sama jaminan pembelian tapioka,” imbuhnya.
Dikatakan, untuk mencapai hal itu PPS Pati menyatakan siap untuk membangun gudang penampungan untuk stok barang dan juga mesin oven untuk spesifikasi.
Ia menjelaskan, di dalam naungan PPS Pati terdapat 450 Industri Pengolahan Tapioka Rakyat (IPTR). Masing-masing IPTR tersebar di empat desa yakni Ngemplak, Sidomukti, Mojoagung dan Waturoyo tersebut memiliki pekerja 10 hingga 15 orang.
“Jumlah pekerjanya saja sekira 6750 orang. Ini belum para petani yang juga terdampak. Tidak ada yang beli tapioka, otomatis petani tidak ada yang panen. Mereka bingung, mau tanam bagaimana. Pengolah singkong juga sama, meh gawe yo lahopo, wong ora ono sing tuku,” tandasnya. (fn/FN/MK)