Posted on 15 Nov 2019
Menurut Bupati Haryanto, satu di antara penyebab banjir di Kabupaten Pati ialah perilaku sebagian masyarakat yang membuang sampah di sungai. Hal ini, menurutnya, berdampak pada tersumbatnya gorong-gorong, air tidak bisa mengalir, dan akibatnya terjadi banjir.
"Seperti kemarin di Sukolilo, hujan beberapa jam saja, tidak sampai berhari-hari, langsung banjir," ucapnya ketika menyampaikan kata sambutan dalam Kunjungan Kerja Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo di Aula Kantor Kecamatan Kayen, Jumat (15/11).
Namun, demikian, Haryanto tidak menafikan bahwa ada penyebab lainnya. Dua hal yang menjadi sorotan utamanya ialah kondisi Pegunungan Kendeng dan kondisi Sungai Juwana.
Terkait Pegunungan Kendeng, Haryanto menyampaikan, banyak aktivitas penambangan liar di pegunungan yang meliputi tiga kecamatan, yaitu Sukolilo, Kayen, Tambakromo. Meski penambangan berizin juga ada, sebut Haryanto, penambang liar pun jumlahnya cukup banyak.
Terkait perizinan tambang ini, ia mengatakan, hal tersebut kini menjadi kewenangan pemerintah provinsi. "Kemudian, hutan gundul di sepanjang Pegunungan Kendeng. Ini tidak hanya kali ini, melainkan sudah berpuluh tahun terjadi. Kemudian reboisasi tidak berhasil," ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Ia juga mengisahkan persoalan pro-kontra pembangunan pabrik semen di wilayah Pegunungan Kendeng.
Haryanto mengatakan, memang dulu ada rencana pembangunan pabrik semen. Namun sampai dengan sekarang, meski sudah ada DED (Detail Engineering Design) dan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), belum ada tindakan lanjutan.
"Seringkali muncul pro-kontra. Namun, sesuai analisis dampak lingkungan, pembangunan itu rencananya tidak di cekungan air. Hal ini seringkali dipersoalkan, padahal sampai sekarang belum ada tindakan. Hanya dulu pernah sekali dilakukan kajian Amdal. Dan kita juga tidak akan merusak lingkungan yang sudah ada," tegas Haryanto.
Terkait kondisi Sungai Juwana, ia menjelaskan, pendangkalan pada sungai sepanjang 60 kilometer tersebut ialah satu di antara pangkal penyebab banjir di Pati.
Ia menjelaskan, ada 26 anak sungai yang mengalirkan air ke Sungai Juwana. Dengan kondisi Sungai Juwana yang tengah mengalami pendangkalan, lanjut Bupati, tentu pada musim hujan air akan meluber dan mengakibatkan banjir.
"Alhamdulillah tahun ini 2019 sudah dinormalisasi hilirnya oleh BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana). Hulunya belum, karena baru mendapatkan anggaran Rp 40 miliar. Nanti 2020 Insyaallah BBWS mendapatkan kurang lebih Rp 100 miliar untuk melanjutkan normalisasi. Tapi, ini belum terasa (belum maksimal) karena dengan panjang 60 kilometer, untuk menormalisasi seluruh sungai, butuh anggaran Rp 1 triliun," jelas Haryanto. (fn4/FN /MK)