Posted on 20 Okt 2017
Meskipun sudah mendapatkan kartu pintar untuk kebutuhan sekolah Mohammad Fariz, belum merasakan manfaatkan kartu yang dibagikan Agustus 2016 lalu. Sebab, neneknya Ngaisah tidak bisa menggunakan kartu tersebut. Fariz merupakan anak yatim piatu yang kini tinggal bersama neneknya yang seorang janda.
Warga RT 04/RW II Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso itu mengatakan, belum tahu pengunaan kartu pintar tersebut. Sehingga hanya didiamkan dirumah. Untuk memenuhi kebutuhan sekolah Fariz harus membiayai sendiri.
Neneknya tersebut merupakan seorang kuli yang bekerja di pabrik pengilingan ketela di Desa Ngemplak kidul. “Saya mendapatkan kartu ini sejak ibunya fariz masih hidup setahun yang lalu. Saat cucu saya sekolah di taman kanak-kanak belum pernah mengunakan kartu ini. Karena tidak tahu cara mengunakannya, akhirnya saya diamkan di rumah,” terangnya baru-baru ini.
Lebih lanjut, saat ini Fariz sudah berumur delapan tahun dan sudah kelas II Madrasah Ibtidayah. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk biaya sekolah dibantu pamannya. “Sepatu, songkok dan keperluan buku tulis masih dibantu pamannya yang berjualan sebagai pedagang kaki lima. Lha mau bagaimana lagi kedua orang tuanya sudah meninggal,” paparnya.
Dia berharap dengan adanya kartu pintar tersebut bisa meringankan beban biaya kebutuhan sekolah cucunya tersebut. Selain mendapatkan kartu pintar dia juga mempunyai kartu jaminan sosial. “Sekarang Kartu jaminan sosial ini belum lagi dapat pangilan untuk pencairan. Sebelumnya sudah mendapatkan pencairan dua kali atau tiga kali soalanya lupa,” imbuhnya.(fn/FN/MK)