Tak Disangka, Warung di Pelosok Ini Jadi Langganan Para Pejabat

Posted on 19 Mar 2019


Tak Disangka, Warung di Pelosok Ini Jadi Langganan Para Pejabat

Siang itu Wakil Bupati Saiful Arifin bertandang ke sebuah warung yang sudah berdiri belasan tahun lalu itu. Sebuah warung sederhana di pinggiran jalan Desa Jatiroto Kecamatan Kayen baru saja dibuka pemiliknya. Warungnya amat sederhana. Dindingnya dari papan kayu. Lantainya plesteran dari semen. Beberapa minuman bersoda ditata rapi di atas meja. Di dekatnya ada pula air mineral botolan, dan beberapa renteng jajanan ringan.

Sambil menenteng panci, seorang ibu paro baya tergopoh-gopoh dari dapur belakang. Ibu bernama Sugini atau yang lebih dikenal dengan panggilan Mbah Gini memang sedang bersiap menyiapkan masakan andalannya untuk dijajakan siang itu. Masakan yang kerap diburu para pejabat itu rupanya adalah Semur Kutuk atau semur ikan gabus.

Kutuk sendiri adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Di wilayah seperti Kayen, Sukolilo, dan Tambakromo yang berada di bantaran Sungai Silugonggo, stok ikan tersebut lumayan melimpah. Namun terkadang juga susah mencarinya. Masakan tersebut, kata Sugini memang menjadi primadona banyak orang.

Selain Wakil Bupati Saiful Arifin yang sudah menjadi langganannya, beberapa pejabat seperti para camat dan orang kabupaten juga sering makan di warungnya tersebut. ”Ya biasanya pak wakil bupati ngabari dulu kalau mau datang ke warung. Seperti hari ini. Soalnya kadang juga tidak dapat ikan kutuknya. Karena di pasar kadang juga tidak ada. Kalau musim kemarau begini malah banyak ikannya, juga besar-besar ukurannya,” imbuhnya

Orang nomor dua di Kabupaten Pati ini pun mengaku sudah sering ke Warung Mbah Gini. Bisa dikatakan sudah jadi pelanggan tetap. ”Rasanya enak sih. Cocok dimakan siang hari begini,” katanya sambil menyantap masakan racikan tangan Sugini itu.

Masakannya memang sederhana. Bumbu semur lengkap yang gurih dengan potongan ikan Kutuk. Jadilah namanya semur kutuk. Karena rasanya yang khas, kuliner ini menjadi buruan orang-orang.  Semur kutuk sendiri lebih nikmat disantap dengan lontong. Lontong di tempat Sugini dibungkus daun pisang. Aromanya lebih harum. Makin menggugah selera makan pelanggannya.

Di warungnya itu, Sugini tak hanya menjual semur kutuk, ada semur ayam, dan telur. Tetapi yang menjadi ciri khas warungnya dan paling banyak diburu adalah semur kutuk. Sehari nenek berusia 65 tahunan ini bisa menghabiskan 10 kilogram ikan kutuk. Tergantung stoknya juga. Terkadang di pasar tidak ada. Warung ini sendiri buka mulai pukul 13.00.

Sugini berjualan sendiri. ”Saya masak sendiri. Resepnya dari ibu saya. Dulu dia pernah jualan juga,” ungkap Sugini di sela melayani para pembelinya. Para pejabat acap kali datang hanya sekedar untuk mencicipi masakan ini, termasuk Wakil Bupati Pati Saiful Arifin yang menjadi pelanggan di warung ini.

Kuliner di Pati, lanjut pria yang akrab disapa Safin itu memang tergolong nikmat dan mampu memanjakan lidah siapapun.  ”Selain semur kutuk di Kayen yang enak ini, tentu kita sudah hafal dengan nasi gandul, kepala manyung, dan masih banyak lainnya. Ini menjadi potensi kekayaan kuliner yang bisa mengangkat nama Pati juga,” ungkap Safin. (fn1/FN/MK)