Posted on 27 Jun 2019
Pemerintah Kabupaten Pati menggelar kegiatan silaturahmi, peningkatan dan toleransi kerukunan dalam kehidupan beragama di Kabupaten Pati. Kegiatan yang bertempat di ruang Penjawi Setda Pati ini dihadiri oleh Bupati Haryanto, Forkopimda, Ketua FKUB, Kepala Kesbangpol serta tokoh agama di Kabupaten Pati, Kamis (27/6)
Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Susanto menyampaikan bahwa maksud digelarnya kegiatan ini, diharapkan para peserta dapat menambah nilai nilai toleransi antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat. Serta wawasan kebangsaan dan mampu mempertahankan NKRI.
"Tujuan kegiatan ini yaitu, memberikan bekal agar mampu menjadi generasi dan menjaga kerukunan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Juga agar mampu mempertahankan agar tak lupa untuk mencintai Pancasila UUD 1945", ujarnya.
Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 150 peserta dari berbagai tokoh agama di Kabupaten Pati yang telah tercatat di Kesbangpol. Bupati Pati Haryanto yang hadir dalam acara silaturahmi ini mengatakan, nikmat yang didapat setiap hari ada beragam, namun tujuan yang dimiliki adalah satu, yaitu kaitannya dengan kebersamaan.
"Kalau kita sudah memberikan contoh - contoh yang baik terkait tindakan yang guyub, rukun itu yang dibawah pasti akan mengikuti dengan sendirinya. Seperti contoh saya bersama Forkopimda yang selalu hadir di acara sana - sini, juga selalu hadir dalam kegiatan keagamaan yang tidak hanya Islam saja, namun juga agama yang lain", ujarnya.
Menurut Haryanto, hal tersebut dilakukan sebagai wujud memberi contoh yang baik kepada yang lain. Dan kegiatan silaturahmi tersebut, secara tidak langsung yaitu diajak dalam momen kebersamaan, melanjutkan pembinaan kerukunan umat yang sudah berjalan.
"Jadi di Kabupaten Pati ini, menurut saya sudah baik. Bahkan Staf ahli kepresidenan mendatangi langsung di desa Pancasila yang terletak di desa Jrahi, Pati. Sebab, di Jrahi ada berbagai macam pemeluk agama dan mereka tidak pernah berseteru, setiap kali ada kegiatan pasti saling membantu," tegasnya.
Haryanto juga mengatakan bahwa, apabila ada selisih paham oleh pesta demokrasi, itu merupakan hal yang berlebihan. Sebab yang nantinya menjadi korban adalah masyarakat yang tidak paham. "Sudah tujuh tahun menjabat, namun pendirian tempat ibadah tidak ada polemik karena merupakan suatu kebutuhan, saling pengertian, tidak ada komplain - komplain", imbuhnya.
Pihaknya berharap bahwa, para tokoh agama dapat menjadi contoh yang baik bagi semua umat. "Di Pati yang sudah kondusif kita pertahankan kita rawat terus dan yang menikmati adalah anak cucu kita", pungkasnya. (po1/PO/MK)