Posted on 09 Okt 2017
Petani jagung di Kecamatan Winong resah akibat serangan hama tikus. Banyak jagung yang siap panen, kondisinya sudah digerogoti jagung sehingga tak layak jual.
Hama tikus yang menyerang tanaman jagung ini mengakibatkan penurunan hasil panen hingga 5 persen. Jika tak segera diatasi, petani khawatir kerugian akan semakin besar. Pasalnya belum ada perhatian dari pemerintah setempat untuk membantu petani mengatasi serangan hama tikus.
Berdasarkan laporan petani setempat, hama tikus biasanya menyerang jagung yang sudah mengering dan kebanyakan yang dimakan terlebih dahulu adalah bonggol jagungnya.
“Jadi kalau petani tidak segera memanen, ya bonggol jagung habis duluan disantap tikus,” keluh Suwarnoto, petani jagung Desa Kebolampang, Winong kemarin.
Ia berharap, pemerintah mau turun tangan ikut mengentaskan permasalahan petani tersebut. Pasalnya, jika hama terus dibiarkan, maka upaya swasembada Upsus Pajale (Program Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai) tidak dapat dicapai.
“Musim kemarau seperti ini memang hama cenderung meningkat. Apalagi tikus akan berkembang biak lebih cepat. Jika tidak segera diatasi, petani pasti semakin merugi,” keluhnya.
Ia menambahkan, di Desa Kebolampang belum ada program pembasmian hama tikus menggunakan predator utamanya burung hantu.
“Pembasmian hama tikus dengan buruh hantu untuk wilayah Desa Kebolampang dan sekitarnya belum ada. Kami berharap ada penyuluhan khusus menangani hama tikus,” bebernya yang juga menjabat perangkat Desa Kebolampang.
Saat ini harga jagung di tingkat petani cenderung stabil, yakni Rp 3.200 per kilogram hingga Rp 3.800 per kilogram untuk jagung kering siap olah. Sedangkan jagung yang masih ada bonggolnya, mengalami penurunan harga dari Rp 115.000 per karung menjadi Rp 90.000 per karung. (fn/FN/MK)