Posted on 10 Okt 2017
Pupuk kimia dirasa lebih memberikan efek yang nyata ketimbang menggunakan pupuk organik. Hal inilah yang menjadi alasan para petani tak melirik pupuk organik. Pupuk organik dinilai lebih lambat dalam memberikan peningkatan pertumbuhan tanaman. Padahal sebagai bagian dari program ketahanan pangan nasional, Pemkab sendiri terus mendorong peningkatan penggunaan pupuk organik dalam konsep pemupukan berimbang.
Pemupukan berimbang merupakan pemberian pupuk bagi tanaman dengan mempertimbangkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. Sayangnya, salah satu permasalahan pemupukan berimbang adalah saat ini masih terdapat persepsi yang tidak sesuai di kalangan petani bahwa penggunaan pupuk berimbang akan mengurangi produktivitas.
"Di sinilah peran penting penyuluh pertanian", terang Bupati Pati Haryanto di acara Seminar Pupuk Petroganik di Pendopo Kabupaten Pati, Selasa (10/10). Penyuluh, lanjut Haryanto, haruslah dibekali dengan informasi dan pengetahuan yang benar mengenai pemupukan berimbang.
"Mereka adalah garda terdepan dalam memberikan pendidikan kepada petani mengenai praktik pertanian yang baik. Sehingga, saat mengisi RDKK atau Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok, para petani sudah mengalokasikan kebutuhan pupuk sesuai prinsip pemupukan berimbang," terangnya.
Menanggapi pertanyaan Bupati tersebut, Harsiwi, salah satu Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang bertugas di Trangkil mengaku sudah terus mendorong petani untuk menerapkan konsep pemupukan berimbang yaitu dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Tapi sayangnya petani kurang menyukai pupuk organik. Sehingga jarang petani yang mau membeli pupuk organik.
”Sampai saat ini penyerapan pupuk organik bersubsidi masih sedikit di tingkat petani,” katanya. Ia mengakui, jika pupuk kimia memang memberikan efek yang cepat. Meski demikian pupuk kimia akan memberikan dampak buruk jika penggunaannya salah.
”Jika penggunaan berlebih malah akan memberikan dampak buruk. Seperti mudah terserang hama dan tanah menjadi tidak subur,” imbuhnya. Sedangkan pupuk organik jika digunakan dalam jangka panjang memberikan manfaat besar. Namun hal ini kurang disadari, karena petani cenderung suka yang instan.
”Petani inginnya instan. Sehingga tetap pakai kimia karena efeknya cepat, tetapi dalam jangka panjang bisa merusak. Namun jika pakai organik memang efek lambat tapi dalam jangka panjang sangat bagus,” tuturnya.
Selain itu penggunaan pupuk organik dirasa lebih aman untuk kesehatan. Penggunaan pupuk kimia untuk pangan, dirasa membahayakan jika tidak sesuai aturan. ”Ya harapannya penggunaan kimia dikurangi dan penggunaan pupuk organik bisa dimaksimalkan,” tandasnya.
Pemakaian pupuk berimbang oleh para petani juga mendapatkan dukungan dari para pelaku industri. Salah satunya adalah Petrokimia Gresik (PG) yang juga turut ambil bagian dalam seminar di Pendopo Kabupaten Pati tersebut.
Direktur SDM & Umum PG Rahmad Pribadi mengatakan, saat ini pihaknya menggenjot penggunaan pupuk organik. Terlebih, saat ini pemerintah menggalakkan pemakaian penyubur lahan yang relatif ramah lingkungan.
Menurut Rahmad Pribadi, saat ini kondisi lahan pertanian di Tanah Air rata-rata dikatakan 'sakit'. Pasalnya, kandungan C organiknya masih rendah. Tingkatnya hanya 1,5%, atau jauh dari kondisi ideal C organik yang harus mencapai 5%. Untuk itu, para petani dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik yang sesuai dengan standar pemerintah, seperti Petroganik, pupuk organik bersubsidi.
Menurutnya, Petroganik memiliki lima keunggulan yaitu bahan baku yang kaya manfaat, berbentuk granul, bebas gulma dan bakteri jahat, kadar air rendah dan sesuai dengan Permentan No 7 tahun 2011. "Terlebih, dengan penggunaan pupuk berimbang ini relatif menaikkan produksi hingga 15-20%. Kisarannya naik sekitar 1-1,5 ton/ha", imbuhnya. (FN /FN /MK)