Posted on 24 Jan 2019
Saat kualitas rumput Alun-Alun Pati disebut mendekati standar FIFA, masyarakat banyak yang mengira rumput zeosia semahal rumput impor berstandar FIFA. Karena itu, Kabid Kebersihan dan Pertamanan Noor Azid, buru-buru menjelaskan perbedaan keduanya.
Menurutnya, rumput impor standar FIFA seperti rumput yang di Stadion GBK merupakan jenis zoysia zeon. Harganya Rp 175 ribu per meter persegi, belum termasuk biaya media tanam dan pembuatan lapisan-lapisan di bawah material rumput.
Sedangkan rumput yang akan ditanam di Alun-Alun Pati berjenis Zeosia dengan kualitas mendekati FIFA namun dibuat di dalam negeri (lokal). Harganya hampir separuh lebih murah ketimbang rumput impor, tepatnya di kisaran harga Rp 85-90 ribu per meter persegi (sudah termasuk biaya pemasangan, pemeliharaan dan pemupukan.
Selain itu, selisih harganya menjadi semakin jauh karena media tanamnya diminimalisir, sehingga hanya memakai pasir biasa saja. "Makanya lebih menekan biaya. Beda halnya dengan rumput serupa yang dipakai untuk lapangan pertandingan sepakbola, pembuatan lapisan-lapisan di bawah rumputnya tentu akan lebih membuat biayanya membengkak, karena standar di lapangan bola tentu beda ya", terangnya.
Dengan luas 3.330 meter persegi, lanjut Noor Azid, harga rumputnya menjadi tak lebih dari Rp 400 juta (sudah termasuk pemasangan, perawatan dan pupuk).
"Jadi misalnya tak pakai rumput baru dan bertahan dengan rumput lama, anggaran rehab Alun-Alun tetap akan mencapai milyaran, karena komponen lain justru yang menghabiskan banyak biaya", imbuhnya. Pengeluaran rehab Alun-Alun, diakui Noor Azid, malah nantinya akan lebih banyak digunakan untuk paving granit, peninggian Alun-Alun, serta rehab saluran dan trotoar di sisi selatan.
"Nah jika rumputnya tetap seperti sebelumnya, bisa dipastikan tiap hujan tiba, lapangan Alun-Alun akan mudah tergenang di sejumlah titik lantaran media tanamnya masih berupa tanah merah yang tak cepat menyerap air", pungkasnya. (FN /FN /MK)