Posted on 14 Okt 2017
Penggunaan pupuk kandang pada perkebunan bawang merah dapat mengurangi volume penggunaan pupuk kimia yang mengakibatkan penurunan biaya perawatan tanaman. Penggunaannya juga dapat memperbaiki struktur tanah. Sehingga jika ditanami tumbuhan lain, petani tidak kesulitan mengolah tanah karena konturnya tidak mengeras.
Menurut Wagimin, warga Desa Blau, Desa Tegalarum, penggunaan pupuk kandang biasanya diberikan pada lahan sebagai pupuk dasar sebelum lahan ditanami bibit tanaman. Dengan begitu dapat memicu perkembangan tanaman lebih baik.
”Pupuk kandang juga membuat kontur tanah tidak terlalu keras. Jadi saat ditanami lagi tidak mengakibatkan tanaman kurang sehat karena kurang unsur hara. Hasilnya tanaman lebih bagus dan tidak membutuhkan banyak nutrisi pertumbuhan buatan,” katanya.
Namun masih banyak petani yang menggunakan pupuk kimia. Meskipun pada awal tanam menggunakan pupuk kandang untuk menekan jumlah penggunaan pupuk kimia.
“Kalau dasaran awal musim tanam tanah diberi pupuk kandang dengan jumlah yang cukup, untuk lahan pertanian bawang merah seluas 1.000 meter kubik hanya membutuhkan pupuk kimia jenis TS dan Ponska tidak lebih dari 100 kilogram. Padahal jika tanpa campuran pupuk organik, penggunaan pupuk kimia bisa membengkak lebih dari 100 kilogram,” ungkapnya.
Biasanya petani bawang merah Kecamatan Jaken membuat pupuk kompos dengan bantuan bakteri pengurai seperti EM4. Pembuatannya, kotoran ternak baik sapi atau kambing yang telah dikumpulkan selama 1 tahun, dicampur dengan bakteri pengurai secara merata. Kemudian diaduk-aduk menggunakan sekop. Setelah proses pencampuran, calon pupuk kandang tersebut dikembalikan ke tempat penampungan kotoran dan dibiarkan selama beberapa hari.
“Ada perbedaan ketika menggunakan pupuk kandang dan ketika tidak menggunakan. Bedanya sangat menonjol. Selain dari segi jumlah penggunaan pupuk kimia bisa ditekan, hasil panen bawang merah dan keadaan tanah ketika akan diolah kembali juga berbeda,” pungkasnya.(po/PO/MK)