Posted on 14 Sep 2017
Menari sudah menjadi bagian hidup Suyoto. Sejak 1985, ia sudah menekuni dunia tari tradisi. Ia pernah diundang untuk mengisi di salah satu progam tv nasional. Kini, melalui keahliannya itu, ia ingin melestarikan tari khas Pati, Tari Purisari.
BELASAN anak terlihat lihai melenggak lenggokan badan. Gerakan tangan, dan kakinya juga seirama dengan alunan nada yang dari sound sistem kecil yang terletak di salah satu sudut Balai Desa Margorejo kemarin.
Sementara itu, seorang lelaki dengan kaus merah dan selendang putih nampak memandu di depan. Dialah Suyoto yang sedang mengajarkan tari khas Pati, Purisari kepada belasan anak di Balai Desa Margorejo. “Latihannya sekali sepekan pada Minggu,” ucap Suyoto.
Meski disibukkan dengan aktivitasnya di sekolah, ia masih menyempatkan mengajarkan tari kepada sejumlah anak. Hal itu dilakukan untuk mengenalkan serta melestarikan kesenian tari-tarian tradisional kepada anak-anak.
“Kalau ada anak yang mau berlatih, sedangkan saya bisa, ya mereka harus dibina. Agar ke depan, kesenian tradisional tetap lestari. Karena saya guru, jadi bisa melatih hanya saat Minggu saja,” ucap pria kelahiran Pati, 15 Februari 1965 itu.
Ia menceritakan, sejak kecil sudah tertarik dengan tari tradisional. Beranjak remaja, pada 1985 ia mulai mendalami dunia tari. Bahkan, sejumlah prestasi dari tingkat kabupaten hingga provinsi pernah diraih.
“Selain melatih anak-anak, saya juga sering diminta tampil di sejumlah kesempatan. Mulai acara pernikahan hingga sedakah bumi. Bahkan, belum lama ini saya diminta mengisi tari di acara salah satu tv nasional,” bebernya.
Lanjutnya, meski sudah tidak muda lagi, ia masih ingin berkarya. Selain itu, ia juga ingin kesenian daerah terus ada yang melestarikan. Dengan itu, kesenian tradisi bisa diketahui dan dinikmati hingga seterusnya.
“Untuk itu, saya membuka sanggar tari di balai desa. Dengan harapan, kesenian daerah bisa tetap eksis,” ujarnya.
Ia menjelaskan, ada banyak jenis tari yang diajarkan ke anak didiknya di sanggar itu. Mulai Jaranan, Sontoloyo, hingga taru khas Pati, Purisari. “Saat ini lagi gencar untuk menghidupkan kembali tari kreasi Pati yaitu tari Purisari untuk ditampilkan di beberapa ajang pertunjukkan. Terlebih, saat ini banyak lomba tari,” imbuh bapak dua anak itu.
Menurutnya, saat ini sangat sedikit masyarakat yang menjadikan tari sebagai hiburan rakyat. Sebab, untuk mendatangkan kelompok tari biayanya cukup mahal. Karena diperlukan berbagai assesoris dan make up untuk penampilan menarik yang dapat menyedot perhatian penontonnya. “Hanya ada beberapa desa yang biasanya masih menampilkan tari sebagai hiburan masyarakat,” bebernya. (fn/FN/MK)