Percuma Pertumbuhan Ekonomi Bagus Tapi Inflasi Tinggi

Posted on 01 Des 2017


Percuma Pertumbuhan Ekonomi Bagus Tapi Inflasi Tinggi

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pati yang sudah cukup bagus nampaknya justru diiringi dengan inflasi yang tinggi. "Percuma pertumbuhan ekonomi bagus tapi inflasi tinggi. Percuma karena masyarakat tdk bisa menikmati", ujar Bupati Pati Haryanto saat membuka acara Rakor Dewan Ketahanan Pangan, Kamis (30/11), di Gedung Baru Setda Kabupaten Pati.

Terlebih, lanjut Haryanto, saat ini biasanya petani mengalami masa paceklik. "Saya harap Bulog untuk mengadakan operasi pasar jangan sampai harga pangan melebihi ketentuan harga yang ditetapkan kementerian  perdagangan", pintanya. Berkaitan dengan hal itu, Bupati berharap agar rapat koordinasi dewan ketahanan pangan bisa merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan di Kabupaten Pati.

"Mudah-mudahan ini bisa jadi forum diskusi/komunikasi guna membahas permasalahan pembangunan ketahanan pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan", lanjutnya. Di samping itu, imbuh Haryanto, juga bisa untuk mengevaluasi kebijakan ketahanan pangan dan menetapkan langkah-langkah dalam membangun ketahanan pangan. "Kita galakkan produk pangan lokal, kalau perlu dibikin festival di kecamatan-kecamatan. Jangan hanya diproduksi tapi harus di beli", pinta Bupati.

Camat juga diinstruksikan untuk bisa menggerakan masyarakatnya guna membiasakan konsumsi produk lokal. "Semua itu agar para petani pelaku produk pangan bisa lebih semangat", jelasnya. Pada kegiatan tersebut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Sujono, melaporkan sejumlah fakta menarik terkait kondisi ketahanan pangan di Kabupaten Pati. Menurut Sujono, pola pangan harapan Kabupaten Pati sebesar 86,3 % dari target 90% optimal keanekaragaman dan keseimbangan gizi.

"Ukuran untuk akses pangan kita menggunakan  7 indikator sebagai ukuran yaitu ketersediaan/produksi energi , akses jalan,  akses pasar, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, pendapatan ekonomi kerakyatan dan kondisi penduduk tidak lulus sekolah dasar" terangnya.

Sujono juga memaparkan, bahwa ketersediaan pangan di Kabupaten Pati termasuk kategori "Tinggi (T)". Konsumsi normatif kebutuhan kalori dari serealia per orang 300 gram per hari. Ketersediaan pangan serealia perkapita per hari sebesar 949 gram, sehingga ratio ketersediaan pangan sebesar 0,316 yang setara dengan 3,16 kali lipat (316 %) dari standar kebutuhan pangan normatif.

"Sementara itu, akses jalan bagi desa-desa di Kabupaten Pati juga masuk kategori tinggi. Kondisi akses jalan berdasarkan pengukuran dengan 3 parameter (jarak, kontur dan kerusakan jalan) memiliki skor kumulatif 341,60 atau rata rata skor kumulatif 113,87", jelasnya.

Berbanding terbalik untuk kondisi akses pasar di Kabupaten Pati. Menurut Sujono, secara umum akses pasarnya masuk kategori “cukup rendah”. "Secara kumulatif Kabupaten Pati memiliki 406 desa/kelurahan. Desa yang mengalami kendala akses pasar, tidak memiliki pasar dan jarak terdekat lebih dari 3 km berjumlah 165 desa (40,64 %). Proporsi tersebut berada pada interval 37,5 < 50 % yang masuk klasifikasi akses pangan Cukup Rendah (CR)", ungkapnya.

Pendapatan kumulatif ekonomi kerakyatan dl Kabupaten Pati, menurut Sujono, sebesar Rp. 30.141.307,23 juta dan penduduk yang bergantung pada sektor ekonomi kerakyatan sebanyak 1.365.853 orang. Maka pendapatan perkapita ekonomi kerakyatan sebesar Rp. 22.067.758. Bila Tahun 2016 nilai kurs 1 $ = Rp. 13 ribu, maka perkapita Rp. 22.067.758 berada pada interval Rp. 18.980.000, - sampai Rp. 28.470.000, -).

"Ini berarti akses pangan dikaitkan dengan pendapatan ekonomi kerakyatan,  sehingga masuk kategori Tinggi (T)", ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan. Dalam kesempatan itu disampaikan pula bahwa estimasi cadangan pangan kabupaten pati tahun 2018, beras sebanyak 237.030 ton/th ( produksi dr Kecamatan se Kab Pati, kecuali Wedarijaksa dan Juwana). Kemudian Jagung 113.679 Ton (produksi dr Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Pucakwangi, Jaken, Margorejo, Gembong, Gunungwungkal).

Ada pula ketela pohon 672.397 ton ( produksi dari Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, Jaken, Pati, Margorejo, Gembong, Tlogowungu, Wedarijaksa, Trangkil, Margoyoso, Gunungwungkal, Cluwak, Tayu, dan Dukuhseti). Kemudian talas, produksi  14,8 ton (produksi dari Kecamatan Jaken), juga Ganyong, produksi : 15,6 Ton (produksi dr kecamatan Jaken). Selain itu ada pula lerut, uwi, gembili (produksi dr wilayah sebarannya ada di Kecamatan Winong, Jaken, Gembong, Gunungwungkal).

"Adapun langkah-langkah yang sudah di lakukan pihak kami antara lain dengan mengadakan pemberian Asupan dan, pemanfaatan pekarangan Desa Mandiri Pangan (DMP), P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan), KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), OPP (Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan), pengembangan lumbung masyarakat, festival pangan Iokal sebagai ajang promosi,  sertifikasi produk pangan,  dan produk Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) Beras", jelas Sujono panjang lebar.

Kepala Ketahanan Pangan lantas menjelaskan juga bahwa penambah potensi pangan lokal bekerja sama dgn kelembagaan pangan (kelompok tani, gapoktan). "Selain itu juga dengan memberdayakan kelompok wanita tani yang jumlahnya cukup banyak, lalu mendukung ekonomi kreatif, menambah pendapatan keluarga Kelompok Lumbung Pangan Masyarakat (KLPM) yang berperan sebagai pengelola cadangan pangan masyarakat", pungkas Sujono. (fn2/FN /MK)