Pendidikan Karakter Melalui Ketoprak

Posted on 17 Nov 2017


Pendidikan Karakter Melalui Ketoprak

Pertunjukan ketoprak menjadi salah satu bentuk kesenian tradisi yang turut memperkuat pendidikan karakter pada anak. Selain dikenalkan dengan kesenian dan pengetahuan sejarah, anak-anak yang terlibat langsung dalam proses penggarapan lakon ketoprak juga mengalami pembelajaran tentang realisme panggung dan realitas kehidupan sebenarnya.

Hal itu dikatakan Sudargo Joko Mulyono, seorang seniman sekaligus Kepala SDN Sarirejo 03, Kota, Pati. Saat ini, di sekolahnya sedang berlangsung penggarapan ketoprak cilik dengan lakon Babat Pati, Keris Rambut Pinutung. Kegiatan tersebut merupakan pelaksanaan dari program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Jadi apa yang muncul di pementasan lakon ketoprak bukan yang sebenarnya. Meskipun secara cerita, memang begitu adanya," ungkapnya.

Misalnya tentang penokohan, kata Sudargo, tokoh jahat dalam cerita ketoprak biasanya ditunjukkan dengan wujud yang memiliki kesan buruk. Seperti berwajah jelek, cacat fisik, atau jenis suara yang kasar. Sedangkan tokoh baik, digambarkan dengan wajah yang tampan, cantik, tubuhnya tegap dan suara halus.

"Nah, itu akan menjadi keliru jika dipahami bahwa kondisi tokoh yang diwujudkan dalam pentas ketoprak, merupakan kondisi sebenarnya dari seorang tokoh," ungkapnya.

Jika tidak, anak-anak akan memiliki pemahaman, misalnya, tokoh Josari dan Yuyu Rumpung dalam lakon Babat Pati memiliki sosok seperti yang dibawakan di panggung ketoprak. Yaitu cacat fisik, berwajah jelek dan bersuara bindeng. Sebab, wujud tersebut hanya penafsiran untuk kebutuhan seni pertunjukan lakok ketoprak. "Sama juga ketika tokoh adalah preman, yang digambarkan dengan tubuh tinggi besar, wajahnya galak, atau penuh tato. Sebab itu hanya kebutuhan visualisasi panggung pertunjukan," timpalnya.

"Bukan berarti kalau orang jahat wajahnya jelek, cacat dan lain sebagainya. Bukan berarti pula, orang baik berwajah tampan, cantik atau bertubuh bagus. Karena sebenarnya karakter bukan tampilan fisik namun hati dan jiwanya yang baik," paparnya.(fn/FN/MK)