Pemuda Pati Ini Sulap Sepeda Rongsokan Jadi Baru

Posted on 19 Agu 2017


Pemuda Pati Ini Sulap Sepeda Rongsokan Jadi Baru

 

Kerusakan pada sepeda biasanya membuat alat transportasi itu tidak lagi digunakan. Namun bagi Muhibudin, kerusakan itu justru menjadi peluang mendapatkan rejeki. Rongsokan sepeda itulah yang nantinya disulap menjadi seolah baru.

RATUSAN rongsokan sepeda menghiasi rumah seorang warga RT 07 RW 02 Desa Sambiroto, Tayu, kemarin. Kerangka-kerangka sepeda berbagai jenis tersebut seperti memang sengaja ditempatkan di bawah pohon kelapa yang berjajar di depan rumah.

Di antara besi-besi karatan itu, seorang pemuda memakai kaus dan celana pendek terlihat sibuk. Dialah Muhibbudin, pemuda yang kini menekuni daur ulang, sulap sepeda rusak menjadi baru. Sambil membersihkan kerangka sepeda, pemuda 24 tahun itu membagi cerita. “Ya beginilah aktivitas saya,” katanya sembari tersenyum.

Bermula dari kegelisahan saat merantau di Jakarta, pemuda kelahiran Pati, 6 Januari 1993 itu mengaku jenuh. Dia merasa tidak bisa berkembang jika hanya menggantungkan penghasilan dari pabrik tempatnya bekerja.

“Saya empat tahun di Jakarta, mulai 2009 sampai 2013. Saya pikir kalau begini terus tidak bisa berkembang,” ungkapnya sambil mengamplas kerangka sepeda.

Kegelisahan yang hinggap selama satu tahun itu akhirnya tercurahkan. Pecinta kopi itu menuturkan, jangkauan pikiran yang terlalu jauh justru malah semakin melemahkan. Yakni membuatnya malas untuk bergerak melakukan sesuatu. 

“Dulu, saya selalu berpikir yang jauh-jauh. Mulai merantau, bekerja di luar kota, membuat usaha ini lah, itu lah. Wah, kalau hanya dipikirkan saja malah tidak membuat semangat tapi malah semakin malas,” ungkapnya. 

Perubahan pola pikir itulah yang membuat Muhib, sapaan akrabnya, bergairah untuk melakukan sesuatu. Yakni dengan melihat potensi di sekitarnya. “Iya, ternyata di dekat saya sendiri ada peluang besar,” tegasnya. 

Tepatnya pada 2014, ia menemukan labuhan kegelisahan. Pelabuhan itu bernama reparasi dan daur ulang sepeda. “Bapak saya memang sudah 20 tahun lebih punya usaha jual beli sepeda bekas. Tapi saya baru melihat itu sebagai peluang tiga tahun lalu,” ujarnya. 

Banyaknya onderdil dan kerangka sepeda yang mangkrak di depan rumah membuat pikirannya terang. Sebab, jika terlalu lama dibiarkan, barang-barang terbuat dari besi itu akan karatan dan rusak dimakan usia. Saking banyaknya barang bekas tersebut, beratnya bahkan mencapai tiga kwintal. “Kalau tidak dimanfaatkan, kerangka-kerangka, onderdil sepeda ini akan rusak. Terutama model sepeda yang sudah lama,” timpalnya. 

Rongsokan sepeda tersebut, akhirnya diutak-atik, dibenahi hingga kembali bisa digunakan. Dengan sedikit sentuhan berupa cat, sepeda rasa baru tersebut kemudian dijual. “Istilahnya apa ya. Ya daur ulang lah, sulap, rongsokan jadi baru. Onderdil-onderdil yang masih bagus dan cocok, saya oper ke sepeda lain,” jelasnya sembari tertawa. 

Proses sulap sepeda tersebut, kata dia, tergantung tingkat kesulitan dan keberadaan onderdil sepeda. Jika onderdil komplit, penggarapan dalam sehari bisa mnghasilkan dua sepeda. “Kalau yang agak susah, sampai dua sampai tiga hari,” jelasnya.

Untuk mendapatkan onderdil, Muhib biasa melakukan proses tukar tambah dan memanfaatkan onderdil sepeda rusak yang masih bagus. Yakni onderdil sepeda BMX, RRT, sepeda Lipat dan Mountain Bike. “Yang sulit itu onderdil sepeda tua. Onderdil yang baru sudah tidak ada, yang bekas pun sulit mencarinya,” terangnya. 

Untuk hasil sulap sepeda BMX, biasanya dijual dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 600 ribu. Sedangkan sepeda lipat, mulai Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu. Untuk sepeda RRT, rata-rata Rp 350 ribu. Selain sulap sepeda, Muhib juga menerima jasa service sepeda. 

Biaya Service juga tergantung tingkat kerusakan. Sepeda rusak total, seperti tinggal kerangka dan velg, biaya Service mencapai Rp 300 ribu. “Kalau sama cat, Rp 500 ribu. Kalau cuma ngecat kerangka sama velg saja, Rp 120 ribu. Yang Mountain Baike (sepeda gunung) itu, sampai Rp 1 juta,” ujarnya.

Putra pasangan Nur Salim, 60, Sukarti, 50 itu mengaku, dirinya akan menekuni usaha tersebut. Selain Nyuluri (meneruskan usaha orang tua) Muhib bercita-cita membuka sendiri toko spare part sepeda. “Semoga bisa berkembang besar. Saya itu ingin punya toko sepeda,” pungkasnya. (fn/FN/MK)