Posted on 17 Nov 2017
Kesibukan dan berbagai peran yang dilakoni saban hari bukan menjadi kendala bagi Siwi Agustina untuk terus berkarya. Kesetiaannya dalam kesenian membuatnya tetap konsisten mengungkapkan kisah-kisah perempuan lewat tulisan. Terutama naskah teater.
Setiap pagi hingga sore hari, Siwi Agustina tak lekang dari aktivitasnya di sebuah kantor notaries di Pati. Lepas itu, tokoh istri dan ibu juga menjadi perannya. Perempuan kelahiran Gunungkidul, 17 Agustus 1988 itu juga dipercaya sebagai ketua Teater Minatani. Yakni kelompok kesenian yang diisi seniman-seniman teater asal Pati.
Bukan hanya itu, perempuan yang akrab disapa Siwi ini juga aktif memainkan berbagai tokoh dalam pementasan teater dan menulis beberapa naskah teater. "Bagi saya, semua itu hanya soal mengatur waktu dan niat," ungkapnya singkat.
Ungkapan singkat itu, tentu tak semudah mengutarakannya. Siwi mengaku, berbanding lurus dengan berbagai kegiatan dan peran yang dilakoni pasti ramai juga dipenuhi benturan-benturan baik di dalam hati maupun pikiran. Hal itulah yang justru dimanfaatkan untuk menuangkan berbagai ide ke dalam bentuk karya.
"Segala hal tentang perempuan itu selalu menarik diungkapkan. Selalu banyak warna dan nuansa yang bisa dituangkan lewat tulisan," jelas Siwi.
Bukan hanya pandangan tentang perempuan dari berbagai sudut maupun sisi pandang. Terkadang Siwi juga menyisipkan penggalan dari dirinya ke dalam kisah yang dituliskan. Sebut saja, naskah drama Ranjang Ini Milik Siapa, KeRanjang, hingga Perempuan Dalam Koma. Selain itu, untuk puisi juga ada Perempuan menentang Korupsi. Berbagai karya Siwi, juga bukan hanya dipentaskan oleh Teater Minatani. Seperti Naskah KeRanjang pernah diapresiasi oleh KSK Wadhas, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Juga Naskah Perempuan Dalam koma yang dibawakan saat lomb Monolog di Salatiga.
Menurutnya, konsisten dalam menulis harus dimulai dari niat yang kuat. Selain itu, menuliskan dan mengabadikan setiap perjalanan kehidupan hingga menjadi pendengar yang baik harus dimiliki seorang penulis.
"Selain memiliki kepuasan tersendiri, tentunya menjadi hal yang khusus ketika bisa mengekspresikan fenomena melalui panca indera. Tentu teknik menulis penting diadopsi," tuturnya.
Hal itulah yang membuat Siwi tetap produktif melahirkan karya-karyanya. Bukan hanya lihai mengemas ide dalam bentuk kata, calon ibu dua anak itu juga pandai mengungkapkan diri di atas pentas. Seperti ketika dirinya didaulat sebagai tokoh istri seorang Mantra Air dalam Lakon Sorr karya Nursam, beberapa waktu lalu.
"Daya ungkap itu luas. Bisa lewat tulisan, baca puisi, menari atau seni peran. Dan semuanya adalah tentang keindahan," imbuhnya.
Perempuan yang tinggal di Desa Bulungcangkring, Jekulo, Kudus itu mengatakan, dengan niat dan tekad berkarya, apa saja benturannya tidak akan meruntuhkan semangatnya. Sedikit melirik dunia teater di Pati, Siwi ingin mengajak para perempuan untuk berproses di dalam dunia kesenian. "Kesenian itu kontan, langsung terasa indahnya. Jadi harus terus berproses dan berkarya," pungkasnya. (po/PO/MK)