Lidah Mertua Teruji Cegah Gangguan Ginjal

Posted on 15 Mei 2018


Lidah Mertua Teruji Cegah Gangguan Ginjal

Penduduk di wilayah pegunungan kapur seperti di daerah Pati Selatan seringkali menghadapi masalah saat akan mengkonsumsi air rebus yang berasal dari air tanah, pasalnya ketika sudah matang, akan ada endapan di panci rebus.

Kondisi inilah yang menjadi keprihatinan tersendiri bagi Risdhania Salsabila, siswi kelas XII SMA Negeri 1 Pati. Sebab, menurut Risdhania, jika air rebusan seperti itu terus menerus dikonsumsi maka warga akan lebih mudah terkena gangguan ginjal.

Bersama guru pembimbingnya, Idha Nurhayati, siswi yang baru saja diterima di Universitas Sebelas Maret lewat jalur rapor/jalur undangan ini kemudian memanfaatkan arak lime atau arang aktif dari tanaman lidah mertua dan akhirnya berhasil meraih Juara I Lomba Pati Innovation Award 2018.

"Arang dari lidah mertua ini berfungsi sebagai adsorben atau zat yang melakukan penyerapan terhadap ion Ca+2 dan Mg+2 dalam air sadah atau air yang menyebabkan terbentuknya kerak pada panci", terang siswi yang merupakan putri dari Kabid Pembinaan dan Kesejahteraan BKPP Pati Abdul Kharis.

Lebih lanjut, Risdhania memaparkan bahwa berdasarkan data dari PDAM kecamatan Pucakwangi, diketahui bahwa di lokasi penelitian yaitu desa Kedalingan, Kecamatan Tambakromo memiliki tingkat kesadahan sebesar 550 mg/liter yang melebihi ambang batas yang telah dipersyaratkan oleh Kepmenkes RI 492/MENKES/PER/VI/2010 yaitu 500 mg/l.

"Kesadahan air yang tinggi memang bisa menimbulkan beberapa masalah baik secara ekonomi maupun teknis. Diantaranya adalah timbulnya kerak di berbagai peralatan, lantai, pipa dan lain-lain yang sangat merugikan masyarakat. Selain itu air sadah juga menimbulkan gangguan ginjal akibat terakumulasinya endapan CaCO3", imbuhnya, baru-baru ini, usai menerima piala dari Bupati Pati dan uang pembinaan sebesar Rp 4 juta, di Ruang Penjawi Setda Kabupaten Pati.

Sementara itu Idha Nurhayati, guru pembimbing yang juga merupakan ibu kandung Risdhania menuturkan bahwa pemilihan adsorben arang aktif Lidah Mertua dikarenakan Lidah Mertua mengandung Karbon (selulosa) yang tinggi. Selain itu tanaman ini juga merupakan adsorben yang sangat baik, dan keberadaannya melimpah di Kabupaten Pati", terangnya.

Pengujian daya serap arang aktif Lidah Mertua terhadap ion Ca+2 dan ion Mg +2, lanjut Risdhania, dilakukan dengan perendaman arang aktif Lidah Mertua dalam air sadah.

"Dalam penelitian ini digunakan variasi massa arang aktif Lidah Mertua 0,3 gram, 0,5 gram, 0,8 gram, 1 gram dan 1,3 gram, masing-masing dalam 50 ml air sadah serta variasi waktu kontak yaitu 3 jam, 4 jam dan 5 jam.

Kadar Ca dan Mg diukur dengan menambahkan pereaksi H2C2O4 sehingga terjadi endapan CaC2O4 dan penambahan pereaksi NaOH sehingga mendapatkan endapan Mg(OH)2", lanjut Risdhania.

Setelah itu, imbuhnya, analisis dilakukan terhadap data jumlah endapan Ca+2 dan Mg+2 serta tingkat kekeruhan di awal reaksi.

"Dengan membandingkan data antara sampel satu dan lainya dapat disimpulkan kadar arang aktif optimum 1,3 gram untuk Ca+2 dan 0,8 gram untuk Mg+2 dalam 50 ml air sadah dan waktu kontak optimum yang digunakan 5 jam", lanjutnya.

Dari penelitian inilah kemudian dihasilkan suatu desain alat yang membantu proses karbonisasi.

Menurut Sang Guru Pembimbing, selain telah menjuarai Pati Inovasi Award 2018, penelitian ini juga telah diuji di LIPI Jakarta dan telah berhasil mendapatkan hak paten. (FN /FN /MK)