Posted on 24 Agu 2017
Kemampuan menjahit, ternyata mampu dikembangkan menjadi usaha yang unik. Misalnya yang dilakukan Dwi Arso Nugroho, pemuda asal RT 1/RW VI Desa Trangkil Kecamatan Trangkil ini, yang membuat aneka souvenir menggunakan kain bekas.
Ada ratusan souvenir berbentuk wayang yang tertata rapi di kediaman pemilik nama Dwi Arso Nugroho ini. Mulai gantungan kunci, hingga karya yang sudah dimasukkan ke dalam sebuah pigura atau bingkai kaca.
Beberapa di antaranya, ada yang sudah dipesan konsumen dan ada juga yang memang sengaja hanya ditumpuk untuk jaga-jaga jika ada permintaan yang tiba-tiba. Selain itu, pria yang mengenakan blangkon warna hitam ini juga menyiapkan sejumlah contoh souvenir jadi, jika ada yang ingin memesan dalam jumlah banyak.
Karena semuanya dikerjakannya sendiri, tak ayal jika ia sering kerepotan, jika mendapatkan order dari sejumlah kliennya. Untuk menyiasatinya, biasanya Dwi memproduksi dalam jumlah banyak, setelah itu disimpan.
Dwi, memang sengaja memilih sejumlah tokoh pewayangan untuk souvenir. Hal itu dimaksudkan, sebagai upaya kecintaanya pada budaya Jawa, sekaligus mengampanyekan wayang kepada masyarakat, khususnya remaja dan anak-anak muda.
ia menuturkan, sudah saatnya generasi muda mencitai budayanya. Meski, gempuran modernitas sudah melanda hingga ke pelosok desa, setidaknya masih ada beberapa orang yang peduli dengan warisan leluhur.
”Tontonan kesenian wayang saat ini sudah tidak popular, hal ini semakin mengikis budaya kita. Jadi, harus ada trobosan untuk mengenalkannya, salah satunya melalui souvenir dan hiasan dinding yang saya buat. Dengan harapan mengembalikan daya ingin tahu masyarakat,” ungkap Dwi.
Lelaki kelahiran Pati 7 Juli 1984 ini, menambahkan, pada dasarnya kemampuan menjahit yang dimiliki Dwi belum sepenuhnya maksimal. Namun hal itu, justru menjadi motifasinya untuk melakukan kreativitas. Melalui keinginan besarnya, ia berupaya mengenalkan wayang pada masyarakat. Maka munculah gagasan membuat souvenir wayang dari kain-kain yang tidak terpakai.
”Pembuatannya tidak sulit, karena menggunakan bahan dasar kain, kemudian menciptakan tokoh-tokoh dalam wayang tersebut. Untuk membuat satu tokoh, biasanya cukup dengan waktu satu hari,” jelasnya.
Menurut Dwi, souvenir wayang buatanya tidak sekedar menjadi hasil kerajinan belaka. Karena dengan membuat wayang, ia sudah membuktikan suatu upaya untuk budaya masyarakat agar terus dilestarikan. (fn/FN/MK)