Posted on 17 Feb 2018
Perayaan Imlek dengan menggelar kirab budaya mungkin sudah banyak dijumpai di daerah lain. Namun penyelenggaraan pawai menyambut tahu baru bagi masyarakat Tionghoa itu menjadi unik di Pati lantaran peserta kirabnya adalah tokoh-tokoh lintas agama, bahkan penasehat penyelenggara kegiatannya adalah seorang tokoh agama Islam. Para peserta di Stan Pasar Imlek pun dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
Saat memberangkatkan peserta kirab budaya Imlek, Bupati Pati Haryanto berharap, melalui kirab tersebut dapat tercipta kerukunan antar lintas iman (agama) di Kabupaten Pati.
“Saya berharap, kerukunan yang terbangun melalui kirab budaya Imlek Klentheng Hok Tek Bio Pati, semakin memperkokoh dan memperkuat persatuan kerukunan warga di Pati, maupun warga Indonesia umumnya,” tutur Bupati Pati Haryanto.
Menurut Penasehat Gusdurian Pati KH Heppy Irianto, kirab budaya tersebut, merupakan rangkaian perayaan pergantian tahun baru Tionghoa (Imlek 2569) di Kabupaten Pati.
“Kirab tersebut melibatkan 23 peserta, baik dari warga Pati sendiri maupun warga dari luar daerah. Seperti, Kota Semarang,” tuturnya.
Kirab budaya Imlek 2569 yang mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat Pati itu, diantaranya mengikutsertakan sejumlah drumband dari dalam dan luar Pati, reog Ponorogo, Barongsai, Dewa Dewi Semarang serta Komunitas American Jeep Pati.
Selama kirab berlangsung, warga dari berbagai etnis berjajar di sepanjang rute perjalanan iring-iringan peserta karnaval. Mulai dari jembatan Kalidoro hingga berakhir di halaman Klentheng Hok Tik Bio Pati di Jl Setyabudi.
Tak ketinggalan, ribuan penonton juga ikut memadati jalan menuju alun-alun simpang lima Pati untuk melihat atraksi barongsai, leang-leong, marching band dan reog Ponorogo yg dipertontonkan gratis untuk umum.
Ian salah pengunjung saat diwawancarai mengatakan harapannya agar kirab budaya Imlek ke depan agar bisa ditambah lagi peserta kirabnya supaya semakin meriah acaranya. "Selain itu saya juga berharap agar acara seperti ini dapat diagendakan setiap setahun sekali agar masyarakat bisa mengenal berbagai budaya yang kita miliki. Semoga ke depannya anak mudanya juga bisa nguri-nguri budaya Pati yang kita cintai seperti ketoprak,wayang kulit,barongan dan tayub", pungkas pria yang berdomisili di Sidokerto, Pati tersebut. (fn3/FN /MK)