Kepala Terminal Buka Suara Soal Kelayakan Terminal Kembang Joyo

Posted on 02 Agu 2017


Kepala Terminal Buka Suara Soal Kelayakan Terminal Kembang Joyo

PATI – Kondisi Terminal Kembang Joyo yang terletak di Desa Semampir, Kota jauh dari kata ideal. Sebab, banyaknya bus yang keluar dan masuk ke terminal tersebut jumlahnya sangat banyak, namun luas lahannya terlalu kecil. Hal itu pula yang menjadi sorotan media lokal beberapa hari terakhir.

Menanggapi hal itu, Kepala Terminal Kembang Joyo Suparjo berharap ada pembangunan terminal baru yang lebih luas dan layak. Menurutnya, luas terminal saat ini tidak ideal. Apalagi kondisi insfratruktur di beberapa bagian juga sudah tua dan tidak representatif.

“Idealnya untuk terminal tipe B memiliki luas dua hektare. Tetapi, luas Terminal Kembang Joyo hanya sekitar delapan ribu meter persegi saja. Ini jauh dari kata ideal,” katanya kepada Humas Setda Pati kemarin.

Lanjutnya, kondisi itu mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan yang ada di terminal. Terlebih di momen-momen tertentu seperti saat arus mudik dan balik beberapa waktu lalu.

“Untuk menekan terjadinya hal itu, petugas terminal harus selalu melakukan penataan parkir agar tidak macet dan penuh. Itu sangat menyulitkan karena kami hanya memiliki sembilan petugas saja,” bebernya.

Ia menjelaskan, Dinas Perhubungan (Dishub) pernah mengajukan usulan ke Dirjen Perhubungan Darat untuk pembangunan terminal baru di Desa Semampir. Tetapi tidak disetujui, karena lokasi yang disarankan tidak strategis sebagai terminal. “Jika dipindah di sana, terminal justru akan mati,” ungkapnya.

Pada 2012 lalu, pihaknya juga sempat kembali mengusulkan lokasi terminal baru yakni di Desa SukoKulon, Margorejo. Tetapi, Dirjen Perhubungan Darat menyarankan untuk lokasi terminal baru bisa di Desa Langenharjo, Margorejo tepatnya di dekat jalan lingkar selatan (JLS) sebelah utara Perempatan Tanjang.

“Tetapi, rencana tersebut gagal, karena terkendala pembebasan lahan. Warga meminta ganti rugi Rp 200 ribu lebih permeter. Sedangkan anggaran dari pemerintah daerah (pemda) hanya Rp 85 ribu permeter. Jadi terpaksa ditangguhkan,” jelasnya.

Pihaknya berharap, agar Pemda segera memberikan solusi yang tepat. Mengingat, kondisi terminal harus diremajakan. Setidaknya dibangun menjadi terminal tipe A, karena terminal Kembang Joyo menjadi tempat hilir mudik bus antar kota antar provinsi (AKAP), maupun antar kota dalam provinsi (AKDP) seperti bus lintas Sumatera.

”Saya berharap Pati bisa memiliki terminal tipe A. Potensi yang ada di Pati cukup baik. Saat ini memang masih ada persoalan. Seperti, banyak calon penumpang bus yang harus rela berdiri, karena ruang tunggu yang kecil dan hanya ada sedikit tempat duduk,” terangnya. (fn/FN/MK)