Jumlah Serapan Kapuk Terus Kurang

Posted on 30 Nov 2017


Jumlah Serapan Kapuk Terus Kurang

Para pengusaha kapas lebih sering menjual produk nya ke luar kota, lantaran kondisi kebutuhan kapas di Kabupaten Pati cenderung kurang. Ditambah lagi, para pengusaha juga masih mengandalkan cara manual untuk memisahkan kapas dari kulit dan bonggol buah randu.

Menurut pengrajin kapas, warga RT02/RWII Desa Penaggungan, Aniq mengatakan, hasil produksi kapas yang dihasilkan setengah jadi. Nantinya, akan dijual kepada pengepul yang ada di Desa Karaban. Pengrajin juga tidak bisa langsung menjual produk setengah jadi yang dihasilkan. Lantaran, penyerapan kapas di Kabupaten Pati masih cenderung sedikit.

“Sudah ada memang, tetapi kapas baru sebatas di gunakan untuk membuat kasur. Sedangkan untuk pengolahan lebih lanjut masih belum ada,” bebernya yang juga juga berasal dari Desa Karaban.

Dengan produk andalan kasur saja jelasnya, produksi kapas yang dihasilkan dari para pengrajin juga sering di jual ke luar wilayah seperti Jakarta dan Cirebon. Karena, untuk wilayah dalam kota serapan kapas untuk industri kasur sendiri cenderung terbatas.

“Sebab, untuk penjualan kasur sendiri. Kebanyakan masih dilakukan di dalam kota saja,” jelasnya.

Harga kapas sendiri, terhitung bagus. Lantaran, untuk satu kilogram kapas yang sudah dipisahkan dari kulit dan bonggo buahnya dikisaran Rp20.000/kg. “Tetapi harga tersebut juga dapat berubah sewaktu-waktu,” imbuhnya.

Sebab, para pengusaha cenderung mengambil bahan baku kapas dari pohon randu yang biasa tumbuh di tepi jalan. Sehingga, para pengusaha juga mengandalkan pohon kapas untuk mendapatkan bahan baku.

“Biasanya, kami mengambil bahan baku dari wilayah Tayu dan Jepara. Lantaran, disana masih banyak terdapat pohon randu,” bebernya.

Parra pengrajin kapas juga berharap, agar ada upaya pengolahan kapas untuk menjadi produk lain. Sehingga, industri kapas yang ada di wilayah Gabus dapat berkembang pesar. Sehingga, nantinya bisa menciptakan pangsa pasar kerja baru bagi masyarakat.

Ditambah lagi, limbah yang dihasilkan dari kegiatan para pengrajin kapas juga memiliki bilai ekonomis. Seperti halnya kulit buah kapas biasanya dibeli oleh para pengrajin genteng dengan harga Rp5.000/sak. (fn/FN/MK)