Jangan Lagi Sebut PKL, Tempat Ini Akan Jadi Pusat Wisata Kuliner

Posted on 09 Feb 2019


Jangan Lagi Sebut PKL, Tempat Ini Akan Jadi Pusat Wisata Kuliner

Suasana di TPK Perhutani Pati, Jumat malam (8/2) terasa berbeda. Pasalnya, di tempat ini, dilaksanakan tasyakuran lokasi yang nantinya akan menjadi tempat baru bagi para pedagang kaki lima (PKL) Simpang Lima Pati.

Untuk melaksanakan tasyakuran di malam Sabtu kliwon ini, memang tidak langsung spontan, namun juga atas dasar segala pertimbangan yang ada. Selain tasyakuran untuk tempat yang baru, Bupati Pati Haryanto juga menyampaikan bahwa tasyakuran ini mendoakan agar kedepan para PKL selalu mendapat keselamatan dari awal hingga akhir, dagangan laris serta rezeki yang lancar.

"Juga tak lupa agar selalu diberkahi Allah SWT. Di acara ini, selain mengawali perpindahan, bagi PKL yang mau langsung menempati lokasi ini pun juga diperbolehkan, monggo," ungkapnya saat dikonfirmasi.

Bupati menegaskan bagi PKL yang ingin langsung pindah, dipersilahkan saja. Namun, apabila mengikuti himbauan Pemkab, maka menunggu terlebih dahulu hingga SPK (Surat Perjanjian Kerja) terkait renovasi Alun - alun keluar. Sebab, saat ini masih menunggu pihak yang memenangkan lelang dalam pembenahan Alun - alun.

"Ketika SPK sudah keluar, kemudian kita siapkan untuk pemagaran dan persiapan perpindahan. Namun, tidak usah khawatir, sebab satu minggu sebelum perpindahan, akan kita beri himbauan terlebih dahulu. Jika semuanya lancar, perkiraan akan pindah awal bulan Maret," imbuhnya.

Haryanto mengungkapkan bahwa terlaksananya tasyakuran, manaqib, bubur merah, serta ada kuluban, memang mengandung makna dan filosofi tersendiri, yaitu agar semua dagangan para pedagang laris manis. Sehingga, Bupati ingin agar rumor negatif terkait perpindahan agar diabaikan. Sebab, Bupati bertujuan saat Alun - alun dibenahi, PKL pun tetap harus jalan.

"Kalau terkait kurang sempurnanya lokasi ini, memang saya akui. Namun, bukan berarti kita diamkan, melainkan selalu kita benahi, selalu kita tambah fasilitas yang kurang seperti penerangan, parkir, mushola, akses masuk dan keluar, toilet, hiburan maupun lainnya seiring berjalannya usaha," jelas Bupati.

Bupati berharap bahwa para PKL tidak perlu risau atas perpindahan ini. Sebab Gedoeng Djoeang dan Plaza Pragolo, awalnya mendapat tanggapan negatif, saat ini ternyata menjadi lokasi yang laris manis. Ke depan tempat relokasi ini bukan lagi disebut tempat PKL, namun lokasi Wisata Kuliner.

Dalam kesempatan itu salah satu pedagang kaki lima asal Randu kuning bernama Hartini rupanya telah berjualan di lingkungan TPK. "Ya mau bagaimana dan dimana lagi, sebetulnya berat tapi kalau disana sudah tidak boleh untuk berjualan, ya saya ikut saja berjualan disini. Yang jelas bila memang harus disini, ya saya berjualan disini tidak apa apa," tutur pedagang di PKL Alun-alun itu.

Tak hanya Hartini, salah satu anggota PKL Simpang Lima Pati (Simpati) yang menjual makanan khas Pati "nasi gandul" mengaku, bahwa dirinya mendukung rencana pemerintah daerah terkait relokasi ini. Namun ia berharap Pemkab tetap memfasilitasi para PKL nantinya. Fasilitas mulai dari tempat, fasilitas - fasilitas yang ada, bebas pajak retribusi selama 3 bulan dan fasilitas lainnya.

"Jujur saja, saya optimis terkait relokasi ini. Sebab selain mendapat fasilitas tempat, juga mendapat fasilitas yang lain dan dapat berjualan 24 jam. Dengan contoh malam ini, kurang lebih 200 orang yang sudah datang ke lapak saya. Meskipun, malam ini kami gratiskan. Sedangkan terkait pendapatan, saya tetap optimis," tutupnya. (po4/PO/MK)