Posted on 06 Sep 2017
Ratusan siswa dan guru langsung ke luar kelas saat adzan shalat Dzuhur dikumandangkan. Mereka bergegas menuju masjid untuk shalat berjama'ah meski jam pelajaran belum usai. Kemudian, para siswa terlihat siap dengan memakai peci warna putih, sedangkan siswi bersiap dengan mukena dan sajadahnya.
Hal itulah yang terlihat di SMK Telkom Terpadu ANK Marzuki, Dukuhseti, siang kemarin. Kepala Yayasan ANK Marzuki KH. Ahmad Thaha Ismail mengatakan, shalat berjamaan merupakan kegiatan wajib. Bahkan terdapat sanksi tegas bagi yang melanggarnya.
"Jadi siapa saja guru yang mengajar mendekati waktu shalat dhuhur, harus mengawal dan mengantarkan siswanya ke masjid untuk shalat berjama'ah. Setelah itu, kegiatan belajar mengajar kembali dilakukan," ungkapnya saat ditemui di masjid ANK Marzuki.
Yai Thaha, sapaan akrabnya, memaparkan, selain pelajaran umum, SMK Telkom satu-satunya di Kabupaten Pati tersebut menggunakan sistem terpadu bebasis pesantren. Yakni memadukan pelajaran agama dan pelajaran umum.
Pelajaran agama yang diajarkan di antaranya adalah Fiqih, Bahasa Arab, Nahwu dan Sharaf. Meski bersifat muatan lokal, semua mata pelajaran tersebut memiliki penilaian sendiri dalam bentuk raport. "Jadi raport-nya ada dua. Untuk pelajaran agama dan pelajaran umum," ungkap guru Nahwu dan Sharaf tersebut.
KH. Thaha memaparkan, meski berada jauh dari pusat kota Kabupaten Pati, SMK Telkom terpadu yang di Desa Selempung, Dukuhseti ini tetap diminati masyarakat. Hal itu terbukti dari banyaknya siswa yang mendaftar pada setiap tahun ajaran baru. Meski pasang surut, fluktuasi jumlah siswa baru berkisar antara 120 hingga 150 siswa.
"Tahun ini untuk kelas X, ada 135 siswa. Tahun-tahun sebelumnya juga berkisar di jumlah itu. Antara 120 sampai 135 siswa baru," jelasnya.
Sebanyak 135 siswa tersebut terbagi ke dalam empat kelas. Yakni jurusan Tekni Komputer Jaringan (TKJ) sebanyak 71 siswa. Kemudian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) sebanyak 19 siswa dan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) sebanyak 30 siswa.
"Jurusan favorit itu TKJ, peminatnya banyak. Untuk total seluruh siswa ada sekitar 400 anak," ujarnya.
Sejak berdiri tahun 2004, SMK tersebut juga mempunyai banyak prestasi. Terakhir pada 2016, yakni juara I tingkat provinsi Jawa Tengah dalam lomba National Webs design. "Untuk nasionalnya juara ke 5," imbuhnya.
Kepala SMK, Ali Ihsan menambahkan, berkisar pada 30 persen siswa adalah santri yang mondok di pondok pesantren yang sama dilokasi tersebut. "Sebagian besar yakni 70 persen merupakan siswa kalong (istilah untuk menyebut siswa yang tidak mukim di pesantren)," jelasnya.
Sebagian besar alumni, lanjutnya, tidak kerepotan mencari pekerjaan. Sebab, pihak yayasan sudah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan. "Rata-rata memang diserap oleh perusahaan. Baik di Jawa Tengah maupun Jakarta. Itu yang menjadi minat siswa. Bekal agama, kemudian bisa langsung kerja," imbuhnya. (fn/FN/MK)