Posted on 28 Okt 2017
Bagi Harisatul Ulya, segala hal yang ditemui setiap hari di lingkungan sekitar menyimpan berbagai pengalaman baru yang berharga. Namun jika tidak diiringi dengan kesadaran untuk menggali, maka hanya akan berujung sia-sia.
"Sederhana sajalah, hal-hal kecil, bahkan terkesan sepele, jika diperhatikan itu pasti ada nilai pelajarannya. Bahkan memiliki hubungan dengan hal yang baru saja atau telah kita lakukan sebelumnya," ungkap dara kelahiran Pati 12 Desember 1996 itu.
Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang ini memaparkan, berbagai kegiatan yang dilakoni di luar jam perkuliahan membuatnya mendapatkan banyak pelajaran.
Tidak jarang, pertanyaan-pertanyaan yang muncul bahkan belum terjawab di ruang perkuliahan justru menemukan titik temu dengan hal-hal yang dilakukan di luar kelas.
Mahasiswi dengan konsentrasi pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) tersebut menyontohkan, sebagaimana memahami karakter anak usia sekolah dasar.
Menurutnya, pada usia tersebut anak-anak merupakan pribadi yang kritis dan pandai meniru. Oleh karena itu, harus lebih berhati-hati ketika menghadapinya. Sebab, hal itu sangat berpengaruh untuk menyampaikan materi pelajaran di sekolah.
"Contohnya seperti memelajari aktivitas anak, kalau masih teori kan terkadang sulit dipahami. Namun terkadang itu ketemu jawabannya ketika saya ketemu sama adik saya di rumah. Atau kalau tidak ya anak tetangga kos," ungkap anak pertama dari tiga bersaudara itu.
Selain berhubungan dengan konsentrasi pendidikan, buah hati pasangan Hadi Pitono dan Siti Mufarihah tersebut juga mengaku menemukan berbagai titik temu tentang pengalaman pribadinya. Seperti arti kebersamaan atau bagaimana bekerja sama di dalam satu kelompok.
"Terkadang memang masih pakai ego masing-masing, itu justru yang akan memberatkan. Kita memang perlu untuk bersama-sama, namun terkadang juga perlu untuk sendirian," jelas dara yang juga memiliki hoby mendaki gunung ini. (po/PO/MK)