Hafidz Cilik Asal Pati Ini Pernah Tampil di TV Nasional

Posted on 20 Sep 2017


Hafidz Cilik Asal Pati Ini Pernah Tampil di TV Nasional

Alief Fachriza memulai hafalan Alquran saat usianya masih lima tahun. Ia terinspirasi acara anak kecil penghafal Alquran di televisiswasta nasional. Dari sana, dia termotivasi. Bahkan, jelang setahun, ia berhasil masuk di acara tersebut dan lolos 11 besar.

RUMAH orang tua Alief Fachriza Sulistyo sederhana. Terletak di bagian paling timur RT 3/ RW II Desa Pangkalan, Margoyoso, Pati si kecil Alief tingal bersama kedua orang tuanya dan satu adik laki-laki. Rumahnya dekat dengan lahan tambak. Seratus meter ke sebelah utara rumahnya terhampar laus tambak milik warga.

Ayahnya, Budi Sulistyo merupakan petani tambak. Sedangkan ibunya, Sulastri, Ibu rumah tangga. Sedangkan satu adik laki-lakinya saat ini masih kecil. Baru berumur dua tahun.

Cerita unik menyelimuti perjalanan pria kelahiran Pati, 20 Juni 2008 itu menjadi penghafal Alquran. Waktu itu, Alief masih berusia 5 tahun. Di usianya yang masih belia, dia terinspirasi dari salah satu acara televisi nasional yang menampilkan bakat anak kecil yang sudah hafal Alquran. Namun, ketika itu, Alief malah tidak pernah menonton acara tersebut.

“Waktu itu pada 2013. Saat ada acara tersebut, dia tidak mau menonton. Tapi dia bilang ke saya, nanti Alif mau tampil di sana. Nah, mulai dari sana dia termotivasi untuk bisa meghafal Alquran. Tahu hal itu, dia dibimbing untuk menghafal Alquran, soalnya dia (Alief, red) tidak mau mondok,” kata Sulastri.

Kedua orang tuanya tahu bahwa Alief memiliki kemampuan menghafal dengan baik. Bahkan, jika ada suatu surat yang dibacanya lebih dari dua puluh kali secara berulang, dirinya langsung hafal. Hal itu yang menjadi metode menghafal Alquran Alief.

”Untuk pola menghafalnya, pagi setelah bangun tidur dan salat subuh, Alief menghafal dua baris. Setelah itu, dia berangkat ke sekolah. Usai pulang, dia menghafal tiga baris ditambah dua baris yang saat pagi dihafalkan.  Setelah itu, mulai setengah dua hingga jam 16.00 dia menghafal lagi,” tambahnya.

Setelah dinilai mampu, pada 2014 kedua orang tuanya mendaftarkan dirinya ke salah satu progam nasional itu. Setelah dites melalui telepon, dan bisa menjawab pertanyaan dari yang menyeleksi, Alief langsung mendapat panggilan untuk karantina menjadi 32 besar peserta. ”Alhamdulillah Alief bisa msuk hingga 11 besar nasional,” bebernya.

Dibalik kesuksesan Alief, tentu tidak lepas dari tantangan. Sebab, untuk menghafal Alquran harus rutin. Untuk itu, jika sedang dalam kondisi tidak ingin menghafal, orang tuanya memiliki cara tersendiri dalam memotivasi anaknya untuk terus menghafal.

”Kalau Alief menghafal satu ayat akan mendapat bonus uang Rp 2000. Setelah terkumpul, uangnya bisa dimanfaatkan untuk apa saja terserah, namun biasanya tetap kami arahkan. Bahkan, uangnya itu juga untuk uang saku sekolahnya sendiri. Jika dia mampu menghafal satu surat, biasanya kami memberikan bonus tambahan, seperti jalan-jalan ke suatu tempat,” tambah Budi Sulistyo.

Lebih dari itu, sebenarnya Alief juga memiliki keinginan menjadi seorang da’i. Itu karena, saudaranya yang juga seorang penulis, selalu memberikan buku cerita. Namun, syaratnya dia harus bisa menceritakan ke saudaranya itu.

“Jika bisa menceritakan dengan baik, Alief akan diberi buku baru. Bahkan, dulu Alief, ingin menjadi seorang da’i. Kali ini, sejumlah prestasi baik di tingkat kecamatan hingga kabupaten juga didapatkannya di bidang tersebut,” ujarnya.

Saat ini Alief bersekolah di SDN Pangkalan. Dia menjadi kebanggan sekolah karena sejumlah prestasi yang didapatkannya. Belum lama ini dirinya mendapatkan juara I lomba tilawatil quran dan hafalan lima juzz di tingkat Kabupaten Pati. Untuk itu, dia berhak mewakili Pati di ajang yang sama di tingkat provinsi.

”Selain lomba hafalan Alquran, da’I dan lainnya, Alief juga sering mendapatkan juara lomba bercerita. Bahkan, dia pernah menjadi juara lomba bercerita Bahasa Jawa,” ucapnya.

Di sisi akademik, Alie juga menjadi anak yang unggul. Bahkan, sejak masuk sekolah dasar, dirinya selalu mendapatkan rangking pertama. Menurut orang tuanya, keunggulan Alief memiliki hafalan yang bagus juga berpengaruh di pelajaran umumnya.

”Nilai-nilainya di pelajaran umum juga sangat memuaskan. Bahkan, sering dia penasaran dengan mata pelajaran untuk kelas yang lebih tinggi darinya. Untuk itu, kami sering mengunduh buku di internet,” ujarnya.

Sementara itu, Alief sendiri mengaku ingin menjadi seorang professional yang handal namun tidak meninggalkan hafalannya. Saat ini dia ingin menjadi seorang polisi atau dokter. ”Inginnya jadi polisi atau dokter yang hafal Alquran,” ucapnya dengan polos. (fn/FN/MK)