Posted on 16 Nov 2022
Bertempat di Kantor Kemenag Kabupaten Pati, Penjabat (Pj) Bupati Pati Henggar Budi Anggoro, Rabu (16/11), menghadiri apel toleransi beragama tahun 2022.
Turut hadir dalam acara tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama Pati, Ketua dan Jajaran FKUB Pati, Pimpinan UPT Kantor Kemenag se- Kabupaten Pati, Para Penyuluh Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha, serta para siswa dari madrasah, sekolah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan
Budha.
Henggar menyampaikan apresiasi sekaligus menyambut baik penyelenggaraan apel toleransi beragama ini.
"Momentum yang baik ini harus mampu dijadikan sebagai pengingat bahwa merawat semangat kebangsaan diatas kebhinekaan merupakan sebuah keniscayaan yang harus diupayakan bersama oleh seluruh komponen masyarakat", ujarnya.
Setiap orang, lanjut Pj Bupati, harus menyadari sepenuhnya bahwa kemajemukan dalam masyarakat merupakan sebuah rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga sehingga dapat menjadi sebuah potensi kekayaan tak ternilai.
"Patut kita syukuri bersama, selama ini Kabupaten Pati merupakan wilayah yang aman dan kondusif. Jarang sekali terdengar gesekan sosial karena konflik agama yang terjadi di tengah masyarakat. Namun meski demikian kita tidak boleh lengah sedikitpun", harap Henggar.
Karena diluar sana, menurut Pj Bupati, banyak oknum tidak bertanggungjawab yang ingin memecah belah persatuan bangsa melalui berbagai macam seruan dengan mengatasnamakan agama yang tentunya salah kaprah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Setiap agama pasti mengajarkan perdamaian dan saling menghormati, alih-alih mendukung terjadinya kerusakan serta perpecahan. Untuk itu, tindakan anarkis dan isu separatisme harus kita bendung bersama. Seluruh elemen harus bersinergi, berkolaborasi dan merapatkan barisan agar mampu membentengi diri, keluarga dan masyarakat dari berbagai macam tantangan dan ancaman yang ada melalui strategi moderasi beragama", tambahnya.
Setiap orang, sambung Pj Bupati, perlu menyadari bahwa keragaman paham umat beragama mustahil untuk dapat disatukan.
"Untuk itulah penguatan moderasi beragama sangat dibutuhkan sebagai jalan tengah untuk meminimalisir ancaman dan konflik. Moderasi beragama sejatinya merupakan penguatan toleransi", papar Henggar.
Jika moderasi merupakan sebuah proses maka, imbuh Pj Bupati, toleransi merupakan hasil yang hendak diraih.
"Melalui toleransi maka akan terwujud upaya saling menghargai perbedaan dan berbagi kebaikan tanpa membedakan", tuturnya.
Di era keterbukan dan kemajuan informasi, tambahnya, toleransi aktif dari setiap pemeluk agama merupakan komponen krusial untuk mewujudkan harmoni sosial di tengah masyarakat.
"Sebaran hoax dengan mengusung isu radikal bermuatan SARA yang begitu masif di media sosial, harus kita antisipasi dan sikapi bersama. Karena kini media sosial kerap kali dijadikan ajang untuk memprovokasi dan ditengarahi kerap menjadi pemantik kekacauan dan kericuhan", jelas Pj Bupati.
Untuk itulah, tambah Henggar, melalui berbagai forum kerukunan antar umat beragama yang terbentuk dari berbagai elemen, diharapkan mampu menjadi garda terdepan dalam mendorong perubahan sikap dalam bermedia sosial.
"Literasi wacana toleransi umat beragama harus kita kampanyekan bersama sehingga terbentuk sikap bijak dan cerdas dalam bermedia sosial agar terwujud sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada", tegas Pj Bupati.
Hidup dalam ruang publik, lanjut Henggar, sejatinya adalah kemampuan untuk meminimalisir ego pribadi demi membangun semangat kebersamaan untuk mewujudkan masyarakat yang unggul dan adaptif dalam menghadapi setiap era perubahan.
Dan Pj Bupati yakin, apabila nilai-nilai toleransi diimplementasikan secara kompak dan serempak oleh seluruh pihak maka akan terwujud kerukunan antar beragama di tengah masyarakat yang berimplikasi terhadap stabilitas dan kondusifitas daerah sebagai pilar utama keberhasilan pembangunan. (fn3/FN /AP)