Posted on 23 Nov 2017
Kabupaten Pati menjadi salah satu wilayah yang mendapat kepercayaan pelaksanaan program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS). Program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tersebut bertujuan untuk Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Pati, Paryanto, mengatakan, dari 30 kabupaten dan lima Kota Madya (Kodya) di Jawa Tengah, terdapat 25 Kabupaten dan Kodya yang menerima mandat untuk melaksanakan program GSMS.
Di Pati sendiri, kata Paryanto, terdapat empat sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan program tersebut. Yakni SMPN 06 Pati, SDN Pati Lor 04 (Kompleks), SDN Sarirejo 03 (Kemiri) dan SMK Annajah, Kayen. Pada masing-masing sekolah tersebut ditempatkan seorang seniman yang bertugas memberikan pembelajaran tentang kesenian tradisi. "Jadi masing-masing seniman di sekolah-sekolah itu akan mengajarkan tentang kesenian tradisi. Mulai dari anak belum bisa menjadi bisa. Dan nantinya akan dipentaskan," ungkapnya.
Dipaparkannya, di SMPN 06 Pati, dilakukan penggarapan Sendratari, SDN Pati Lor 04, melakukan penggarapan Wayang Kulit, SDN Sarirejo 03 dengan penggarapan ketoprak dan SMK Annajah, Kayen melakukan penggarapan kesenian Tari Angguk.
"Untuk di SMP 06 Pati senimannya Bu Tantin, SD Pati Lor kompleks senimannya Mas Ragil, SDN Sarirejo 03 senimannya Pak Bowo Asmoro dan SMK Annajah Kayen senimannya Mas Tri Luwih," terangnya.
Pelaksanaan program tersebut sudah dilaksanakan sejak Oktober 2017 dan direncanakan akan dipentaskan pada Desember mendatang. "Ada rencana akan dipentaskan pada malam tahun baru 2018, namun dari pusat tidak boleh. Dan ini baru akan dicarikan di akhir bulan november atau awal desember," jelasnya.
Sementara itu, Kepala SDN Sarirejo 03, Sudargo Joko Mulyono mengatakan, penggarapan ketoprak yang dilakukan disekolahnya mengusung lakon Babat Pati, Keris Rambut Pinutung. "Semua yang main itu anak-anak. Dari kelas 4 dan kelas 5. Mulai dari pemain dan pengrawitnya," jelasnya.
Program tersebut, kata Sudargo, ditujukan kepada siswa yang belum bisa sama sekali. Mereka diajarkan sejak awal hingga menjadi bentuk yang utuh yakni sebuah seni tradisi untuk dipentaskan. "Tujuaanya untuk melestarikan seni budaya, mengenalkan menularkan kesenian ke siswa. Agar siswa mengenal kesenian daerahnya sendiri," jelasnya.
Sudargo menambahkan, keberadaan program tersebut sangat positif. Sebab, meski di sekolah terdapat pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK), namun porsinya hanya sedikit. "Dalam satu bulan, SBK hanya 8 jam pelajaran. Itu juga harus dibagi antara kesenian, kebudayaan, dan ketrampilan. Dan itu jelas tidak maksimal," ujarnya.(fn/FN/MK)