Posted on 17 Nov 2017
Peringatan Hari Pahlawan Nasional di MTs Salafiyah Kajen, dilakukan dengan menggelar upacara bendera dan pementasan sosiodrama. Penampilan teatrikal dari Teater Tsanawiyah Salafiyah Putri menjadi penutup, setelah upacara bendera menggunakan bahasa inggris dilaksanakan di halaman madrasah.
Penampilan sosiodrama tersebut, menggambarkan bahwa peringatan hari pahlawan merupakan wujud penghargaan dan doa terhadap jasa pahlawan yang telah gugur. Pagi itu, halaman madrasah seketika disulap menjadi panggung pertunjukan. Dimulai dengan munculnya tiga siswa yang sedang asik bercanda. Mereka menggunakan apa-saja di lingkungannya sebagai bahan untuk bercanda. Sesekali mereka terlihat bermain petak umpet.
Keberadaan mereka menjadi penanda realitas pemuda zaman sekarang yang acuh terhadap kondisi sekitar dan enggan memberikan pemaknaan kecuali bertujuan untuk kesenangannya belaka. Bahkan, seorang siswa yang tiba-tiba datang dengan membawa gambar burung garuda, tidak luput dari ulah tiga siswa tadi.
Gambar burung garuda lengkap dengan lima sila di bawahnya kemudian direbut dan digunakan untuk bahan mainan. Seorang pemuda yang semula membawa burung garuda tidak berdaya ketika lambang yang semula dipeluknya, dilempar-lempar oleh tiga temannya.
Sementara itu, muncul satu siswa dengan ekspresi sedih menuju ke tiang bendera. Dia tampak memandang bendera yang berkibar diujung tiang. Perwujudan masyarakat yang masih mempunyai cita-cita luhur terhadap negara itu akhirnya disusul dengan munculnya enam siswa. Masing-masing mereka membawa foto para pahlawan. Hal itu membuat tiga siswa yang semula hanya asik bermain bahkan mempermainkan lambang negara, malu. Mereka sadar. Pada puncaknya, semua siswa yang menggambarkan berbagai realitas masyarakat itu bergabung. Mereka bersama-sam melantunkan doa untuk para pahlawan yang tengah gugur di medan perang.
Kepala MTs Salafiyah Ahmad Ruman Masyfu' mengatakan, hari pahlawan merupakan sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Tepat di tanggal 10 November 1945 itu para pahlawan berjuang sampai titik darah penghabisan di berbagai penjuru tanah air demi mempertahankan ikrar ploklamasi dan martabat hidup orang Indonesia. "Hal tersebut juga dapat dijadikan dasar semangat juang santri tempo dulu yang memegang teguh Hubbul Waton Minal Iman," ungkapnya.
Oleh karena itu, Ahmad menekankan para siswa-siwinya agar dapat menerapkan "Hubbul Wathon Minal Iman" untuk memacu semangat belajar dan menjaga kemerdekaan yang sudah dimiliki saat ini. Sebab, semangat belajar juga sebagai salah satu penghormatan kepada jasa-jasa para pahlawan terdahulu.
Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan Ade Irma Widodo sangat mengapresiasi penampilan para srikandi TeTs. Ia menginginkan para siswanya memupuk rasa cinta terhadap para pahlawan, kemudian mengaplikasikan ke dalam laku sehari-hari. Yakni dengan giat belajar dan meneruskan perjuangan mereka untuk Indonesia tetap merdeka. Dikatakannya, santri merupakan pagar bangsa Indonesia yang akan menjadi pelopor kemajuan zaman. "Jangan sampai kita terpengaruh budaya asing. Apalagi sekarang banyak jalan untuk mempengaruhi para remaja kita, salah satunya dengan internet," imbuhnya.
Sementara itu, kegiatan upacara dalam rangka peringatan Hari Pahlawan Nasional tersebut dilakukan menggunakan bahasa Inggris. Hal ini bertujuan untuk melatih ketrampilan berbahasa asing.(po/PO/MK)