Dawet Laris di Jalan Pati-Kayen ini Bocorkan Rahasia Kenikmatan Kulinernya

Posted on 16 Agu 2017


Dawet Laris di Jalan Pati-Kayen ini Bocorkan Rahasia Kenikmatan Kulinernya

 

Dawet ayu buatan Siswanto, 33, memang nikmat. Hal itulah yang membuatnya diburu pembeli  dari berbagai daerah. Hanya untuk mencicipi lezatnya dawet buatannya.

Bertopi dan masih muda, begitulah sosok bernama Siswanto ini, warga asal Desa Semampir, Kecamatan Kota ini jualan dawet sudah sejak setahun lalu. Di pinggiran jalan Pati-Kayen turut Desa Langgenharjo, Margorjo itulah ia membuka warung kecilnya.

Bangunan warung yang terbuat dari bambu itu, sering dikunjungi pengendara motor maupun mobil yang melintas. Mereka hanya ingin mencicipi kenikmatan dawet buatanya. Selain santan yang mengental, manisnya juga dari bahan asli gula jawa berwarna kecokelatan.

Ia mengaku, dawet ayu buatanya, tidak berbeda dengan dawet pada umumnya. Yakni santan dari kelapa dan cendol serta gula cokelat sebagai pemanisnya.Tidak ada resep khusus dalam penyajian.

”Sama saja dengan dawet lain, namanya juga dawet yang bahanya ya itu-itu saja. Tapi setiap takaran bahan, benar-benar diperhitungkan. Kalau kurang atau kelebihan biasanya mengurangi citarasanya,” ungkap pria yang karib disapa Sis ini.

Sis menjelaskan, jualan dawet sudah menjadi pengalaman sejak kecil. Saat itu sejak ia masih duduk dibangku sekolah. Karena sering membantu orangtuanya jualan dawet di Pasar Ronggowangsan, maka sejak saat itu ia akrab dengan cara membuat atau menyajikan dawet yang tepat.

”Awalnya saya bantu-bantu orangtua, jualan dawet di pasar. Karena sering membantu, maka saya terbiasa dengan minuman tradisional ini. Hingga akhirnya, saya memutuskan buka sendiri pada awal 2014 lalu di sini,” jelas Sis.

Pria yang buka mulai pukul 09.00, setiap harinya ini membatasi buka hingga pukul 16.00. Sayangnya, tidak sampai waktu yang ditentukan dawet sudah habis. Perharinya ratusan gelas dawet mampu ia sajikan kepada pembeli yang datang ke warungnya.

”Kalau masalah rame dan tidaknya, tergantung cuaca Mas. Yang jelas, saat kondisi tidak hujan pukul 13.00 biasanya sudah habis. Tapi kalau hujan begitu, ya paling jam 15.00 atau sampai pukul 15.30,” paparnya.

Setelah buka warung dawet sendiri, Sis tidak melakukan eksperimen atau inovasu rasa. Sebab, menurutnya dawet ayu yang dikenal diberbagai daerah, hanya mengandalkan rasa gula jawanya yang khas. ”Kalau ada tambahan roti, atau cincau didalamnya biasanya malah mengurangi keasliannya,” terangnya. (fn/FN/MK)