Posted on 26 Jan 2018
Bupati Pati Haryanto amat menyayangkan bila kebijakan impor beras jadi diambil oleh pemerintah pusat, pasalnya jelang Februari dipastikan Kabupaten Pati akan surplus beras. "Kalau di Pati saja sudah surplus apalagi daerah-daerah lain yang juga jadi penyangga pasokan beras nasional, pastinya sebentar lagi juga akan panen bersamaan", terang Bupati Pati Haryanto di acara panen raya bersama Gapoktan Tani Jaya di Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo.
Untuk Pati sendiri, lanjut Bupati, jelang Februari ini petani Pati diprediksi mampu mewujudkan panen raya serentak di 12 kecamatan yang luas areanya total mencapai 30 ribu hektar.
"Dengan luas panen raya serentak yang mencapai puluhan ribu hektar ini, maka untuk Kabupaten Pati sendiri kita mengalami surplus, itu pun sudah dikurangi untuk konsumsi masyarakat seluruh kabupaten Pati", terang Haryanto.
Berdasarkan data yang disampaikan Bupati, tahun 2016 lalu Pati surplus 300 ribu ton, dan untuk tahun 2017 surplus 286 ribu ton. "Mudah-mudahan hingga akhir tahun 2018 nanti akan lebih meningkat lagi surplusnya.
Pernyataan sikap itu dipertegas Haryanto, saat Kepala Desa Prawoto dan Suharto, Ketua KTNA Kabupaten Pati meminta Bupati agar menolak impor beras." Kalau jadi impor beras maka petani yang akan dirugikan, karena harga jual murah padahal untuk beli bibit, tanam, perawatan, pupuk, hingga panen membutuhkan biaya besar", tutur Suharto.
Terkait dengan aduan tersebut, Bupati Haryanto menanggapi sesuai dengan batas kewenangannya, "Saya mengerti dan sebagai kepala daerah saya tidak tinggal diam, saya tentu memperhatikan nasib rakyat saya. Dengan usaha sebisa dan semampu saya sebagai kepala daerah serta keterbatasan kewenangan saya, aspirasi dari para petani tersebut sudah pernah saya coba sampaikan ke pemerintah pusat ", terang Haryanto.
Hal itu dibuktikan Bupati saat ada kunjungan dari Dirjen Holtikultura ke Kabupaten Pati beberapa waktu lalu." Saat itu sudah ada isu impor beras. Dan pada beliau saya titip aspirasi petani Pati. Saya sampaikan bahwa kami bukan bermaksud membantah, hanya saja kami menyayangkan bila impor beras benar-benar dilakukan apa lagi dengan jumlah 500 ribu ton. Apalagi Pati selalu surplus beras. Kalau tetap impor ditakutkan akan menghancurkan harga dan membebani petani", terang Haryanto.
Untuk saat ini pihaknya berharap tidak akan ada lagi impor beras. "Cukup yang sudah masuk ini saja sebesar 100 ribu ton saja. Dan saya juga mengajak agar kita semua berpikiran positif dahulu terhadap kebijakan pemerintah, karena kebijakan itu diambil tentunya dengan penuh pertimbangan yang sangat matang", pungkasnya. (fn4 /FN /MK)