Posted on 07 Sep 2019
Menurut Bupati Pati Haryanto, munculnya kasus-kasus intoleransi dan rasisme di Indonesia tidak sesuai dengan nilai kebhinekaan. Permasalahan ini, imbuhnya, seringkali diakibatkan oleh ketidakarifan dalam menyikapi informasi yang berseliweran di media sosial. Hal tersebut ia ungkapkan ketika menghadiri Pencanangan Desa Sadar Kerukunan di Balai Desa Giling, Kecamatan Gunungwungkal, Sabtu (7/9).
"Kita ini beragam. Harus rukun. Tapi kita seringkali dihadapkan persoalan kecil yang dibesar-besarkan. Kita sering terkontaminasi media sosial. Padahal, siapa sih yang tidak ingin rukun? Rukun itu senang," ungkap Haryanto.
Menurut Bupati, banyak informasi di media sosial yang justru membesarkan persoalan jika tidak disikapi dengan bijak. Ia memberi contoh terkait isu Papua yang tengah hangat.
"Kalau kita tidak mengantisipasi dengan penuh kearifan, akan menjadi perpecahan luar biasa. Seolah-olah warga Papua tersingkirkan, padahal tidak. Ini karena media sosial. Kalau kita ini jadi korban media sosial, kita dipecah belah," ungkapnya.
Haryanto menyebut, kemarin, bersama Kapolres dan Dandim, seharian ia berkegiatan dengan tujuh siswa asal Papua yang sekolah di SMAN Kayen. Menurutnya, siswa asal Papua merasa nyaman hidup di Pati, masyarakat pun tidak ada yang mempersoalkan.
"Mereka ini beragama Kristen, tinggal di salah satu staf saya yang Islam. Di sana mereka ya diberi kesempatan beribadah sesuai kepercayaannya. Memang kita harus kedepankan toleransi. Harus saling memahami. Kalau ada persoalan kecil yang bisa diselesaikan secara damai, kita damai. Tidak usahlah dibawa ke ranah hukum. Nanti justru bisa menjadi dendam," tegasnya. (fn1 /FN /MK)