Blusukan di Koperasi Garam, Wabup Kaget dengan Hasilnya

Posted on 11 Jan 2018


Blusukan di Koperasi Garam, Wabup Kaget dengan Hasilnya

Kabupaten Pati merupakan daerah penghasil garam terbesar pertama di Jawa Tengah dan nomor tiga di Indonesia setelah Sampang dan Indramayu. Ada 20 desa penghasil garam yang terbagi di lima kecamatan yang menjadi sentra menghasilkan garam. Antara lain Kecamatan Juwana, Batangan, Wedarijaksa dan Trangkil.

Dalam "blusukan" ke wilayah Batangan (10/1), wakil bupati Saiful Arifin mengunjungi koperasi Mutiara Laut Mandiri yang mengelola perdagangan garam di seluruh wilayah kecamatan penghasil garam di Pati. Koperasi yang diresmikan tahun 2011 itu, kembali aktif di tahun 2016 karena sebelumnya mengalami vakum. Keberadaan koperasi ini sendiri sangat penting karena berperan mengendalikan harga garam, karena selama ini petani garam sering dipermainkan oleh tengkulak.

Kepala Dinas Kelautan Edy Martanto meminta kepada pengurus untuk mengutarakan kondisi yang ada kepada wabup. Ia pun mengungkapkan  dengan kunjungan Wabup yang mendadak ini, agar bisa melihat kondisi yang saat ini, apa adanya saja dan juga tidak dilebih - lebihkan.

"Kami melihat pak Wakil sangat concern untuk perbaikan sektor perekonomian, jadi manfaatkan sebaik - baiknya saran dan petunjuk beliau untuk perbaikan kedepannya," pesan Edy pada seluruh pengurus koperasi yang ada saat sidak itu.

Sementara itu Ketua Koperasi Rifai mengutarakan bahwa banyak yang belum mengetahui bahwa Pati menempati peringkat ke tiga nasional dalam luas lahan garam. Selain peringkat 3 nasional produksi garam, dengan luas lahan 2838 hektar dan jumlah petani mencapai 6781 petambak Pati merupakan sentra produksi garam. "Melihat potensi yang ada dan mengingat di tahun 2015 produksi garam melimpah tapi harga garam hanya mampu di angka Rp 200 dan kami tidak tahu harus mengadu kemana. Maka kami melalui RAT yang terakhir sepakat untuk mengaktifkan kembali koperasi dan membentuk pengurus yang baru," jelasnya.

Ia pun memaparkan, permasalahan koperasi terbentur modal karena permintaan  pasar yang begitu besar dan  terbuka. Padahal, proyeksi pasar sangatlah menjanjikan bagi Kabupaten Pati. Untuk itu mohon untuk Pemkab Pati ikut memperkenalkan produk kami. Baik pasar nasional maupun pasar lokal karena belum banyak yang mengenal kami," pintanya.

Pemaparan dari koperasi ini, sangat menarik di mata wakil bupati. "Tahun 2020 nanti pemerintah pusat akan menstop kran impor garam, jadi ini adalah kesempatan kita," tegasnya.

Safin pun mengungkapkan, perlu ada efektifitas dan efisiensi, industrisasi berbasis kemasyarakatan kedepannya. "Edukasi dan pemahaman kepada para petani garam akan penting dan manfaatnya bagi para petani. Masalah permodalan, kalau bisa semua petani menjadi anggota koperasi, juga buat kerjasama dengan perbankan," imbuh Safin saat memberikan arahan pada pengurus koperasi.

Ia pun menghimbau agar dibentuk kelompok - kelompok petani tambak di tingkat desa. Mengingat peliknya masalah garam ini, ia berjanji untuk membicarakan teknis lebih lanjut dan mendalam, dengan menghadirkan seluruh pemangku kepentingan. "Nanti kita bicarakan langkah konkritnya agar bisa segera dijalankan," tandas Safin. (Po2/PO/MK)