Posted on 09 Feb 2019
Jauh sebelum ramai relokasi PKL, atau tepatnya pada 2017, rupanya Doktor Siti Amaroh SE MSi, dosen Ekonomi Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus pernah membimbing skripsi berjudul "Studi Komparasi Marketing Mix Pedagang Kaki Lima RS Soewondo Pati dan Pedagang Kaki Lima Alun-Alun Pati".
Saat diwawancarai, akademisi yang juga dosen tetap S2 Ekonomi Syariah itu, justru mengungkapkan fakta menarik terkait PKL. "Kalau di marketing mix itu kan ada 4P yang mempengaruhi pemasaran yaitu faktor product (produk), price (harga), place (tempat jualan), dan promotion (promosi). Nah dari banyak penelitian, faktor harga itu yang paling punya pengaruh signifikan", terangnya.
Apalagi, menurut Siti Amaroh, konsumen PKL cenderung sensitif terhadap harga. Beda dengan kuliner restoran, konsumennya tak akan begitu mempedulikan harga, justru tempat kadang lebih jadi perhatian. "Lokasi dan tempat yang eksklusif, serba bersih, higienis, dengan pelayanan premium akan lebih dipilih oleh konsumen menengah ke atas", imbuhnya.
Saat ditanya pendapatnya tentang rencana relokasi PKL Alun-Alun Pati, dosen ini punya pendapat sendiri. "Yang terpenting itu sosialisasi dari Pemkab. Kalau sosialisasinya intens dan tepat saya yakin pedagang akan mengerti", terangnya.
Ia mencontohkan PKL di belakang GOR Wergu Kudus. "Di sana ramai karena selain mereka sudah punya pelanggan, juga karena di sana sering ada event dan kegiatan. Masyarakat kan intinya cari hiburan sambil berkuliner ria", terangnya.
Apalagi, lanjutnya, kini masyarakat sudah banyak yang akrab dengan jasa pengantaran online semacam grabfood dan go-food. "Saya saja kalau beli makan cukup di rumah lalu pesan ke warung langganan lewat aplikasi itu. Jadi PKL mestinya juga sudah mulai memikirkan dua-duanya baik penjualan secara offline maupun online", lanjutnya.
Sebab, lanjutnya, jika konsumen sudah cocok, maka mereka sendiri yang akan mencari penjual atau pedagangnya. (FN /FN /MK)