Posted on 27 Okt 2017
Dampak musim kemarau masih terasa bagi warga Desa Arumanis, Kecamatan Jaken. Salah satu petani di Dukuh Wuwung, Desa Arumanis, Fuah mengatakan, air yang sempat melimpah saat hujan turun beberapa waktu lalu kini mulai surut kembali.
Karena semburan air dari pompa melemah akibat debit air menurun. Maka petani harus menampung air terlebih dahulu ke dalam terpal yang menyerupai kolam.
“Penyiraman harus dilakukan dengan menyedot air yang ada di kolam dengan pompa agar air bisa menyembur. Jadi proses dua kali itu menyebabkan biaya listrik yang harus dibayar setiap bulannya,” katanya.
Musim kemarau pada tahun ini, sebut Fuah, cenderung lama dari pada tahun kemarin, yakni berkisar 3 bulan. Sementara pada tahun sebelumnya, para pertani hanya kesulitan air selama 1 bulan saja.
Sementara, Siyam warga Dukuh Wuwung, Desa Arumanis menambahkan, biaya listrik juga naik, karena untuk mengisi kolam hingga penuh saja membutuhkan waktu 10 jam.
Tiap bulan ia harus membayar listrik lebih dari Rp100 ribu perbulan. Sedangkan ketika sumber mata air normal biaya listrik hanya Rp25 ribu perbulan hingga Rp30 ribu perbulan.
“Kami berharap hujan cepat turun dengan stabil. Agar memudahkan para petani mendapatkan air dan tidak harus keluar biaya ekstra untuk membayar listrik,” tandasnya.(po/PO/MK)