Posted on 14 Okt 2017
Mayoritas kepala desa umumnya kaum adam, karena dinilai lebih mampu dan punya ketegasan sebagai seorang pemimpin. Namun anekdot tersebut tidak berlaku di Desa Karangwage, Kecamatan Trangkil. Warga desa tersebut justru mempercayakan kepemimpinan desanya pada kaum hawa, yaitu Ngatipah.
KADES Ngatipah, begitu namanya biasa dipanggil. Wanita kelahiran Pati 13 September 1981 ini resmi dilantik menjadi Kepala Desa Karangwage Kecamatan Trangkil untuk periode 2014-2019. Siapa sangka, awalnya ia seorang perawat di RSI Sultan Agung Semarang.
Atas dorongan dari masyarakat dan keluarganya, Ngatipah memberanikan diri ikut bursa pencalonan kades. “Karena keluarga di sini, saya pun berpikir untuk pulang kampung dan mengabdi untuk desa ini,” ujar ibu 3 anak ini.
Menurutnya, banyak suka dan duka yang dialaminya. Beberapa warga tak mendukung kepemimpinannya. Namun ia memilih untuk tidak ambil pusing dan terus memperbaiki kinerjanya untuk menata desa agar semakin maju. Apalagi dibanding yang tak mendukung, lebih banyak warga yang mendukung dan memotivasinya.
“Kadang dukanya itu kalau ada laporan tentang penduduk desa yang berbuat menyimpang. Lalu ia ditangkap oleh pihak kepolisian, jadi harus bolak-balik dan menyita waktu. Kadang ya tentang laporan perkelahian, pencurian, di mana kepala desa yang harus mengurusnya,” ujarnya.
Namun, itu semua ia hadapi dengan penuh tanggung jawab. Ia sadar, sebagai kepala desa banyak tugas yang harus ia emban. Karena itu, ia tak menyesali pilihannya dan berusaha menjadi kades yang baik, yang dicintai warganya dan memajukan desanya.
“Yang terpenting adalah niat kita. Jika niatnya baik, caranya baik, Insya Allah hasilnya juga baik. Dalam menunaikan tugas tentu ada halangan dan hambatan, namun kita harus bijak menyikapinya. Semua persoalan pasti ada solusinya. Tugas kita sebagai pemimpin adalah mencari solusi terbaik untuk kemajuan suatu daerah,” kata wanita berhijab tersebut bijak. (fn/FN/MK)