Posted on 25 Jan 2018
Masyarakat di Desa Gunungsari Kecamatan Tlogowungu mengungkapkan resep penambah vitalitas pria dengan mengonsumsi biji kopi lanang. Resep tersebut rupanya telah ada sejak dulu kala dan turun temurun.
Lalu, seperti apa biji kopi lanang? Kopi lanang atau peaberry coffee dalam sebutan dagang internasionalnya, mempunyai bentuk yang berbeda dengan biji kopi pada umumnya. Bentuknya lebih bulat dan cenderung utuh tanpa terbelah.
Padahal pada umumnya, buah kopi jika dibuka kulit luarnya, selalu terdiri dari dua belahan biji dan agak gepeng. Mungkin dari bentuknya inilah kemudian disebut sebagai kopi lanang.
Kopi lanang bukan berasal dari varietas tanaman kopi tertentu. Meski di desa Gunungsari kopi ini merupakan jenis robusta namun sebenarnya setiap jenis tanaman kopi baik robusta, arabika, ataupun jenis lainnya, memungkinkan menghasilkan buah dengan biji berbentuk tunggal ini. Hanya saja, kemungkinan adanya kopi lanang pada tiap pohon kopi cenderung sedikit.
Beberapa hal yang menyebabkan terbentuknya kopi lanang, -sebagaimana dilansir Badan Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian dari beberapa ahli dalam situs resminya-, karena masalah penyerbukan yang tidak maksimal akibat rusaknya putik karena gangguan serangga ataupun angin. Bisa juga karena malnutrisi pada saat pembuahan, karena pohon sudah tua ataupun pohon mengalami stres. Atau, bisa pula akibat kelainan genetik.
Rata-rata dalam satu kilogram kopi umum, kandungan kopi lanangnya maksimal hanya mencapai 0,5 ons saja.
“Jadi sebenarnya kopi lanang itu berasal dari proses sortir kopi biasa, bukan karena varietas tanaman khusus. Namun karena langkanya itu, harganya juga menjadi mahal,” kata Rushadi, Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Gunungsari.
Saat ini, menurutnya, keberadaan kopi lanang memang belum sebombastis kopi luwak yang lebih dulu menjadi tren di kalangan masyarakat luas. Padahal, secara citarasa, kualitas kopi ini tidak jauh berbeda dengan kopi yang dihasilkan proses pencernaan hewan luwak itu. Bahkan kandungan kafeinnya disebut lebih tinggi yakni 2,1 persen.
“Kopi lanang belum dikenal luas, hanya sebagian masyarakat saja yang tahu khasiatnya. Contohnya warga Gunungsari yang percaya kopi lanang sebagai penambah vitalitas pria,“ tandasnya.
Sejak wisata di Gunungsari mulai populer, wisatawan memang mulai mengenal daerah tersebut sebagai salah satu desa penghasil kopi lanang di Kabupaten Pati.
Meski secara nasional, keberadaan kopi lanang tak seterkenal kopi luwak, namun ternyata harganya bersaing dengan harga kopi luwak.
Harganya menjadi mahal karena kelangkaan dan proses penyortiran yang rumit. Dalam setiap satu kilogram kopi, kandungan kopi lanangnya paling hanya setengah ons. Faktor khasiat juga turut mengatrol harga kopi ini. Banyak yang menganggap kopi lanang dapat meningkatkan vitalitas dan stamina pria.
Aroma dan rasa kopi ini, lebih kuat dibandingkan kopi biasa karena mengandung banyak senyawa Tribulus Terrestris yang merupakan suplemen herbal populer yang mampu
meningkatkan kadar testosteron, gairah seks dan dehydroepiandrosterone (DHEA).
Dengan kandungan seperti itu, tak salah bila kopi ini dipercaya mampu meningkatkan vitalitas pria.
Rushadi mengatakan, harga kopi lanang mencapai Rp 30 - 35 ribu per ons. Sementara, harga kopi biasa sekitar Rp 10 - 20 ribu per ons. (fn4.2/ FN /MK)