Posted on 31 Okt 2019
Bupati Pati Haryanto mengatakan angka stunting saat ini kontradiktif dengan penurunan angka kemiskinan Kabupaten Pati.
"Saya sebetulnya tidak yakin kalau di Kabupaten Pati stuntingnya cukup tinggi. Terlebih, tingginya angka stunting kontradiktif dengan penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Pati yang notabene cukup signifikan. Namun, untuk membuktikannya, saya sudah meminta data riil pada jajaran kami. Validasi data insyaallah selesai pada tanggal 4 November," jelas Bupati dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Pati di Ruang Penjawi Sekretariat Daerah Kabupaten Pati, Kamis (31/10).
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu lama.
Lebih lanjut Haryanto mengatakan, kemungkinan, angka stunting di Kabupaten Pati terdata cukup tinggi karena dalam laporan selama ini antara stunting dan gizi buruk datanya masih tercampur. Padahal, menurutnya, itu merupakan dua hal berbeda. Setelah data riil keluar, akan diketahui masing-masing, mana data stunting dan mana data gizi buruk yang valid.
Menurut Haryanto, data tersebut sebetulnya belum valid, karena merupakan hasil survey berdasarkan sampel tertentu. Bukan data riil. Namun demikian, pihaknya tetap akan mengambil langkah maksimal dalam penanggulangan stunting. Dalam hal ini, seluruh pihak terkait akan dilibatkan.
Bupati Pati Haryanto optimistis, pada 2020 mendatang, angka stunting di Kabupaten Pati akan menurun. Dalam hal ini, berbagai langkah strategis telah ia dan jajarannya persiapkan. Haryanto menyebut, dalam pembahasan APBD 2020, program pengentasan stunting menjadi satu di antara prioritas Pemkab Pati.
"Leading sector yang teknis dalam hal ini antara lain Dinas Kesehatan, Dispermades, Bappeda, rumah sakit, dinas sosial, Puskesmas, pemerintah kecamatan, dan pemerintah desa. Masing-masing l mengalokasikan anggaran, namun tidak dobel penanganannya sendiri-sendiri," ujar Haryanto.
Haryanto memberikan ilustrasi, Dispermasdes dan pemerintah desa mungkin fokus pada masalah asupan gizi. Kemudian dinas kesehatan berfokus pada tindakan yang berkaitan dengan penanganan kesehatannya. "Kemudian kalau yang di Puskesmas atau bidan itu mungkin penanganan ibu hamilnya," ucapnya.
Haryanto menegaskan, pihaknya juga akan mengatur regulasi penggunaan dana desa untuk penanganan stunting. Terutama di 12 desa yang, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pati pada 2018, merupakan desa dengan angka stunting tertinggi.
Kedua belas desa tersebut, di antaranya ialah Desa Bogotanjung Kecamatan Gabus, Desa Mulyoharjo Kecamatan Pati, Desa Langenharjo Kecamatan Margorejo, Desa Bungasrejo Kecamatan Jakenan, dan Desa Klakahkasihan Kecamatan Gembong.
Selain dari APBD dan Dana Desa, terang Haryanto, penanganan stunting di Pati juga akan mendapat intervensi dari Bank Dunia pada 2020. Haryanto mengatakan, dirinya sudah menandatangani MoU terkait hal ini. "Mudah-mudahan angka stunting bisa dikurangi. Saya yakin 2020 pasti berkurang," ucapnya. (fn2/FN /MK)