Posted on 24 Nov 2017
Aksi-aksi terorisme, sentimen perbedaan dan marak dalam ujaran kebencian di media sosial yang terjadi belakangan ini menjadi penyebab krisis kebhinekaan. Hal itulah yang disampaikan Sukarno Lili, sebagai narasumber dalam sarasehan kebangsaan yang diselenggarakan oleh TNI dan Polri Pati di Gedung Juang.
Dalam acara serasehan kebangsaan yang diselenggarakan oleh TNI dan Polri tersebut, ratusan siswa diajak untuk menyadari krisis kebhinekaan yang terjadi. Sukarno juga mengingat, meskipun Indonesia merdeka sudah 72 tahun, tetapi pada usia yang sama, bangsa indonesia juga dilanda krisis kebhinekaan. Padahal, lanjutnya, Indonesia adalah satu-satunya negara yang memiliki kemakmuran dan tingkat multikulturalisme yang beragam. Didalamnya ada banyak suku, agama, ras, kebudayaan dan etnis. Tetapi, semuanya hidup secara berdampingan, saling menghormati dan menghargai.
"Akan tetapi, seiring dengan banyaknya aksi-aksi terorisme dan gerakan radikal yang mencoba memecah belah NKRI, kebhinekaan itu menjadi terusik, sentimen keagamaan mulai muncul. Ini yang sangat menghawatirkan," ujarnya.
Untuk menangkal hal tersebut, siswa sebagai generasi penerus bangsa harus memahami arti penting nasionalisme dan patriotisme. Tidak hanya itu, setelah mengetahui mereka harus mengaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, kata Sukarno, hal yang perlu dilakukan adalah merevitalisasi semangat kebhinekaan dengan membuat perbandingan keunggulan Indonesia dibandingkan negara lain. "Bersama memperkuat nasionalisme adalah kuncinya," tegasnya.
Sementara itu, Kapolres Pati AKBP Maulana Hamdan mengatakan, pihaknya meminta kepada jajaran polisi maupun TNI untuk bersatu menjaga negara agar tetap aman dan kondusif. Upaya-upaya dari gerakan yang hendak merong-rong kebangsaan, harus diantisipasi sejak dini. "Era Globalisasi ini, kita memang harus siap segalanya. Maka dai itu, sebagai aparat keamanan, kami bertekad untuk bersatu bersama TNI dan mewujudkan kedamaian di negeri ini," ungkapnya. (po/PO/MK)