Tinggi Peminat, Hasil Kerajinan Khas Desa Ini Tembus Angka Tiga Ribuan Per Bulan

Posted on 05 Agu 2017


Tinggi Peminat, Hasil Kerajinan Khas Desa Ini Tembus Angka Tiga Ribuan Per Bulan

Caping kropak (topi tradisional terbuat dari daun siwalan) masih diminati oleh warga desa. Umumnya, peminatcaping kropak adalah para petani atau peternak yang sering berada di luar ruangan. Produk kerajinan tersebut masih tetap eksis hingga sekarang karena harganya yang murah.

BAGI masyarakat caping kropak merupakan identitas seorang petani dan warga pedesaan. Hal itu dimanfaatkan betul oleh Sardi warga Dukuh Ngasinan, Desa Sonorejo, Jakenan. Selaku perajin caping kropak, ia mengaku tidak kebingungan ketika ingin menjual hasil kerajinannya. Sebab sudah memiliki tempat pemasaran yang pasti.

“Untuk wilayah distribusi caping kropak, biasanya disetorkan ke Kecamatan Winong, Kecamatan Jaken, Kecamatan Batangan dan sekitarnya. Tetapi untuk warga sini mayoritas menjual caping kropak yang belum diberi  jahitan dobel. Jadi kita membuat bahan setengah jadi karena proses pengerjaanya lebih cepat. Dalam waktu satu bulan saja bisa menghasilkan sekitar 3.000 buah caping kropak,” katanya.

Harga caping kropak yang belum diberi jahitan dobel tidak menentu. Harganya mengalami perubahan ketika masa panen tiba. Yakni bisa mencapai Rp 2.500/buah. Tetapi ketika tidak memasuki masa panen, harganya turun menjadi Rp 2.250/buah sampai Rp 2.300/buah.

”Seharusnya kami bisa menjual hasil kerajinan kami dengan harga dua kali lipat lebih tinggi. Tetapi untuk pengerjaannya akan memakan waktu lebih lama karena dalam satu hari saja hanya mendapatkan 30 buah saja dengan harga Rp 5.000/buah,” bebernya.

Untuk usaha pembuatan caping kropak ini sudah berlangsung secara turun temurun. Warga Desa Sonorejo sendiri juga banyak yang memiliki usaha serupa meski sudah ada yang tidak produksi. ”Para pengrajin sendiri umumnya sudah berusia lanjut. Jarang dari anaknya yang meneruskan,” jelasnya.

Alhasil, usaha yang menjadi identitas daerah tersebut perlahan meredup dengan sendirinya. Karena tidak ada generasi muda yang tertarik meneruskan usaha caping kropak di tengah-tengah perkembangan zaman yang mengandalkan teknologi dan kemodernan. (fn/FN/MK)