Herbisida Dipilih, Kesuburan Tanah Jadi Taruhan

Posted on 13 Okt 2017


Herbisida Dipilih, Kesuburan Tanah Jadi Taruhan

Hasil yang efektif dari penggunaan herbisida (pembasmi rumput) membuat petani memilih menggunakannya daripada menggunakan metode matun (pencabutan rumput dengan tenaga manusia). Padahal, penggunaan herbisida dapat mengurangi unsur hara dalam tanah. Akibatnya tingkat kesuburan lahan pertanian menurun.

Meski penurunan unsur hara dalam tanah belum begitu dirasakan petani. Namun penggunaan herbisida seharusnya secara bijak. Sehingga tidak terjadi kerusakan lahan pertanian di kemudian hari.

Petugas penyuluh lapangan (PPL) di Kecamatan Winong, Sujo mengatakan, menurut penelitian yang dilakukan Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dinhutbun) Jawa Tengah pada lahan pertanian tebu. Lahan pertanian di Kabupaten Pati umumnya memerlukan perbaikan kandungan tanah dengan memberikan banyak pupuk organik.

“Sebab pada lahan tebu, intensitas penggunaan herbisida lebih banyak dan dilakukan secara berlebihan,” beber Sujo, koordinator PPL Kecamatan Winong.

Penyuluhan kepada petani sudah sering dilakukan oleh petugas PPL. Namun sayangnya kurang diindahkan karena petani mengaku penggunaan herbisida lebih mudah dan murah. Sedangkan jika menggunakan tenaga manusia, harus mengelurakan biaya yang lebih tinggi.

“Kami berharap, para petani sadar dampak yang akan ditimbulkan kemudian hari jika penggunaan herbisida ini berlebihan. Masa depan pertanian mereka menjadi taruhannya,” imbuhnya.

Pada prakteknya, petani di Kecamatan Winong melakukan penyemprotan herbisida agar rumput mati meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Penggunaan herbisida juga dilakukan di lahan yang rumputnya tergolong sedikit. Umumnya, petani khawatir rumput tumbuh lebat saat musim penghujan jika tidak segera dibasmi saat musim kemarau.

 “Memang sebelum ada herbisida, kami menggunakan cara manual untuk membasmi rumput. Tetapi sejak kenal herbisida, setiap tumbuh rumput tinggal kami semprot dengan herbisida. Setelah rumput kering baru kami musnahkan dengan cara membakarnya,” kata Zaeni, petani setempat. (fn/FN/MK)